Blogger templates

Kamis, 10 Maret 2016

Terminolgi Kekuasaan dan Ke-Mbuletan Politik di Klaten



Dinasti Politik

Kekuasaan adalah karunia Tuhan yang paling indah. Begitu kata-kata orang di persimpangan jalan. Godaan  laki-laki (kalo saya lebih cocok untuk mengatakan sebagai kenikmatan yang melenakan, meski melenakan tapi tetap nikmat) ada tiga, yaitu harta, tahta, dan wanita. Ya, kekuasaan masuk dalam salah satu kenikmatan yang terkadang membawa bencana. Nantinya saya akan mengupas kenikmatan yang berupa kekuasaan. Catatan tambahan, yang menginginkan kursi kekuasaan bukan hanya lelaki, perempuan juga menginginkannya lhoo.

Dengan memiliki kekuasaan kita bisa memengaruhi orang lain agar bertindak sesuai kehendak kita. Ini fakta yang tidak bisa dibantah, meskipun oleh seorang pengacara kondang sekelas Farhat Abbas. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak orang yang berebut untuk memperoleh kursi kekuasaan. Bupati misalnya. Kekuasaan yang dalam artian jabatan publik adalah masuk kategori prestigious. Apalagi sudah sekelas bupati, pastinya sangat berwibawa banget sehingga banyak yang ingin menduduki jabatan ini. 

Menjadi pejabat publik seperti peribahasa mendapat durian runtuh. Memang tepat peribahasa ini untuk mewakili fenomena yang ada. Karena dibalik kursi kekuasaan jabatan publik terdapat kenikmatan yang menggiurkan. Dibalik kursi itu ada mobil, ada rumah, ada ajudan yang jadi pengawal dan siap juga jadi jongos, ada duit gaji pokok, ada duit tunjangan, ada duit proyek, ada penghormatan dari orang lain meskipun penghormatan itu banyak yang diberikan oleh penjilat-penjilat penguasa alias penghormatan yang tidak tulus. Begitulah adanya jika menjadi penguasa. Kita akan menjadi raja diraja yang memiliki segalanya. 

Ya wajar jika banyak yang menginginkannya. Sehingga ada orang yang tidak mau kehilangan kenikmatan ini. Kadang, untuk mendapat fasilitas itu orang-orang mendirikan yang namanya dinasti politik. Tujuannya jelas, agar dia masih mendapat fasilitas dari kursi kekuasaan.   

Dalam tulisan ini, izinkanlah saya yang seorang anak jalanan untuk sedikit berceloteh tentang dinamika politik yang ada di Kabupaten Klaten. Meski hanya sebatas anak jalanan, tapi saya akan berlagak seperti pengamat politik yang sering nongol di layar tv sudara sekalian. Janji. Saya akan menunjukkan kemakian saya agar terlihat mirip dengan pengamat profesional. 

Cap cip cup cuuuus langsung saja ke pokok bahasan. Saya menemukan bacaan yang cukup menarik setelah mengamati perjalanan informasi yang berliweran di layar handphone saya (samsung galaxy V, yang berminat chat di 538b6117). Bacaan yang saya baca dari solopos.com itu menceritakan tentang ke-mbuletan dinasti politik yang terjadi di Klaten. Sungguh, ini benar-benar ke-mbuletan yang merumitkan. 

Begini ceritanya, 

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, penetapan Hati Mulya sebagai pasangan terpilih di pilkada Klaten sesuai  surat keputusan KPU bernomor: 50/Kpts/KPU-Kab/012.329461/2015 tentang Penetapan Pasangan Terpilih dalam Pilkada Klaten.

Keputusan tertanggal 22 Desember 2015 itu ditandatangai Ketua KPU Klaten, Siti Farida dan Kasubag Hukum Sekretariat KPU Klaten, Wahyu Agustini. Selain dihadiri penyelenggara pilkada dan aparat keamanan, acara tersebut juga dihadiri mantan Bupati Klaten sekaligus ketua DPC PDIP Klaten, Sunarna yang mengenakan kemeja merah; Pj. Bupati Klaten, Jaka Sawaldi juga mengenakan kemeja merah; dan sejumlah pendukung Hati Mulya.

Sesuai hasil penghitungan suara, Hati Mulya meraup 321.593 suara atau 48,90 persen. Pasangan OK-To meraih 273.189 suara atau 41,54 persen. Sedangkan, Faham memperoleh 62.849 suara atau 9,56 persen. Jumlah suara sah di Klaten mencapai 657.631 suara. Jumlah suara tidak sah mencapai 31.756 suara.

Oleh karena KPU memutuskan Hati Mulya sebagai kepala daerah terpilih, maka saya mengucapkan selamat atas kemenangannya. Dan saya sebagai makhluk tuhan akan berdoa kepada tuhan agar kalian diberi kekuatan untuk mengemban amanah jabatan ini. Sekali lagi, SELAMAT 

Begini ceritanya, (lagi)

“Bupati Klaten saat ini bernama Sri Hartini. Beliau ini adalah wakil dari bupati sebelumnya, Sunarna, yang menjabat selama dua periode selama 2005-2015. Sri Hartini ini sendiri adalah istri dari bupati Klaten periode 2000-2005, Haryanto Wibowo” sudah paham belum? Baca kelanjutannya agar paham.

“Mari berlanjut ke wakilnya, Sri Mulyani. Beliau ini adalah istri dari mantan bupati Sunarna. Jadi, setelah sepuluh tahun mendampingi sang suami menjadi bupati, kini beliau menjabat menjadi wakil bupati mendampingi mantan wakil dari suaminya. Dan begitulah terjadinya Duo Sri yang kekuasaannya akan bercokol setidaknya hingga 2020” sudah paham atau kurang mbulet?

Jadi begini, akan saya jelaskan ke-mbuletan peta politik yang ada di Klaten menggunakan bahasa Mojok.co saja agar lebih mudah dipahami. Seperti ini “Bupati Haryanto, beristri Sri Hartini menjabat 2000-2005. Digantikan oleh Bupati Sunarna yang beristri Sri Mulyani, 2005-2010. Bupati Sunarna terpilih lagi, Sri Hartini naik pangkat menjadi wakilnya, 2010-2015. Sri Hartini kini yang jadi bupati di dampingi Sri Mulyani, istri mantan bupati sebelumnya, 2015-2020. Prediksi saya, 2020 elektabilitas Sri Hartini menurun, maka yang maju adalah Sri Mulyani. Kali ini akan didampingi anak dari Sri Hartini yang merupakan anggota DPRD Klaten 2014-2019. Tahun 2025 Sri Mulyani mungkin juga sudah agak menurun elektabilitasnya, namun masih cukup kuat. Di sisi lain, wakilnya juga memiliki kans yang sama. Maka 2025 ini yang masih agak susah untuk diprediksi. Yang jelas setidaknya sampai 2030 pemimpin Klaten masih didominasi keluarga itu-itu saja” begitu penjelasan dari mojok.co yang saya kira mudah dipahami, meskipun yang ditulis tetap mbulet. Karena memang ini tulisan untuk menceritakan ke-mbultean politik di klaten. 

Agar saya tidak terlihat ber-suudzon dengan dinasti politik Klaten, maka saya akan mencoba berfikir bahwa penguasa di Klaten tersebut lahir dari kemampuan mereka dalam mengelola pemerintahan. Bukan kok malah lahir dari sulap suap-suap atau permufakatan jahat yang hanya menginginkan fasilitas. Dan saya juga berharap agar Klaten dipimpin oleh “yang lain” agar rakyat Klaten jika main ke rumah Bupatinya nggk ke dua rumah yang itu-itu saja. Biar gak bosen saja sih. hehehe

Related Posts:

2 komentar:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com