Blogger templates

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 28 Februari 2016

Masih Adakah Idealisme “Kiri” Mahasiswa?




Lambang Perlawanan

“Orang Kiri adalah mereka jang menghendaki perobahan kekuasaan kapitalis, imperialis jang ada sekarang. Kehendak untuk menjebarkan keadilan sosial adalah kiri. Ia tidak perlu Komunis. Orang kiri bahkan dapat bertjektjok dengan orang Komunis. Kiriphobi, penjakit takut akan tjita-tjita kiri, adalah penjakit jang kutentang habis-habisan seperti Islamophobi. Nasionalisme tanpa keadilan sosial mendjadi nihilisme.” – Soekarno

Seringkali kita mempersepsikan orang kiri sebagai suatu hal yang negatif. Bahkan disamakan dengan kaum komunis. Padahal, sesungguhnya kaum kiri justru lebih dekat dengan aliran sosialis. Pada masa revolusi perancis, istilah kiri dipergunakan dalam perpolitikan untuk pengaturan kedudukan legislatif mereka. Pada masa itu, kaum kiri merupakan symbol perlawanan bagi kaum kanan (borjuis). Kaum kiri selalu meneriakkan hak-hak masyarakat miskin yang senantiasa dihisap tenaganya oleh kaum borjuis. Hal inilah yang mendorong kaum kiri untuk bertindak anarki hingga larirlah kediktatoran Bonaparte.

Namun, artikel ini tidak akan membahas mengenai revolusi perancis, melainkan pergerakan kiri mahasiswa. Pergerakan kiri mahasiswa yang dimaksud adalah gerakan dalam meneriakkan hak-hak rakyat kecil. Mahasiswa pada masa ini telah kehilangan idealismenya. Mari kita ingat pada masa orde baru. Sempat ada manifesto Partai Rakyat Demokratik (PRD). Pembentukan PRD dilatarbelakangi oleh kondisi sosial politik kampus yang dikekang dengan diterapkannya normalisasi kehidupan kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK dan BKK) pada tahun 1978 dan 1979. Pada saat itu, secara tidak langsung mahasiswa dibungkam. Keterlibatan mahasiswa dengan politik dibatasi oleh pemerintah di masa itu. Pada kenyataannya, mahasiswa tidak bungkam. Hal tersebut justru menjadikan mahasiswa menjadi lebih kritis dan radikal. Mahasiswa semakin berani untuk menghancurkan rezim yang keras tersebut. Pada akhirnya, mahasiswa berhasil menggulingkan rezim tersebut.

Melihat dunia kampus sekarang, banyak mahasiswa yang mulai apatis terhadap pemerintahan di negeri ini. Mahasiswa lebih fokus pada nilai akademik dibandingkan dengan mencaritahu sistem pemerintahan. Mereka lebih tergiur dengan nilai tinggi dibandingkan dengan hak-hak yang sedikit demi sedikit dihisap oleh kaum atas. Apalagi, dengan adanya wacana kuliah 5 tahun yang secara tidak langsung mahasiswa dibungkam dengan sangat halusnya. Hal tersebut membuat mahasiswa harus mengetatkan ikat pinggangnya yang akhirnya berfikir dua kali untuk mengikuti hal-hal diluar akademiknya. Hal ini yang menjadikan lunturnya idealisme mahasiswa tentang peran penting mereka untuk menilai pemerintahan. 

Pada masa ini, mahasiswa semakin berani dan semakin kritis untuk mengkritisi pemerintahan dan meneriakkan aspirasi masyarakat. Seperti halnya aksi pada tanggal 20-21 Mei yang dibuat oleh mahasiswa seluruh indonesia. Aksi tersebut mengkritisi kinerja Presiden Republik Indonesia saat ini. Namun, sangat disayangkan ketika aksi tersebut justru berujung dengan audiensi dan makan-makan layaknya sebuah silahturahim keluarga. Keoposisian dan radikalisme mahasiswa mulai luntur seperti layaknya anak kecil yang diberikan permen. Aksi pada tanggal 20 – 21 Mei tersebut merupakan bukti nyata lunturnya idealism mahasiswa. Kita harus kembali melihat pentingnya pergerakan mahasiswa di negara ini. Mahasiswa itu hebat, penggerak suara dan mempunyai daya juang yang tinggi. Namun, saat ini mahasiswa hanyalah menjadi kuli ilmu dan generasi manut. Percuma mengenyam pendidikan tinggi bila akhirnya hanya menjadi  “kerbau yang dicucuk hidungnya”.

Sumber: lpmmotivasi.com

Jumat, 26 Februari 2016

Misi Memutus Jaringan Narkotika



Sumber: jaringnews.com

Pengedar dan produksi narkoba di Tanah Air tumbuh 13,6 persen setiap tahun. Peredaran narkoba merasuk ke semua sektor kehidupan. Rata-rata 50 orang meninggal setiap hari akibat narkoba (Kompas, 25 Februari  2016).

Pada tahun 2015, Polri menangkap 50.178 tersangka narkoba dari 42.253 kasus. Jumlah itu belum termasuk kasus yang ditangani Badan Narkotika Nasional (BNN) sebanyak 665 kasus. Barang bukti yang disita Polri dari kasus narkoba antara lain, 23,2 ton ganja, 1,072 juta butir ekstasi, dan 2,3 ton sabu. Barang bukti tersebut ditengarai hanya 20% dari jumlah peredaran di Indonesia. Data ini menunjukkan bagitu maraknya peredaran narkotika di Indonesia. Kejahatan narkotika seperti halnya fenomena gunung es. Dipermukaan terlihat besar, namun di bawah permukaan terdapat gunung yang jauh lebih besar dari yang terlihat di permukaan.  

Pada 2015 sebanyak 14 terpidana mati perkara narkoba dieksekusi. Namun, sepertinya eksekusi mati seperti itu tidak membuat jera pelaku narkotika. Apakah yang dieksekusi kurang banyak?. Sepekan terakhir ini publik digegerkan oleh pemberitaan tertangkapnya 19 prajurit TNI, 5 anggota Polri, dan 9 warga sipil, termasuk seorang anggota DPR  di Perumahan Kostrad, Kelurahan Kebayoran Lama Selatan. Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (21/2). Penangkapan ini merupakan indikator wabah narkoba sudah menjalar ke semua lini, termasuk aparat dan dewan terhormat.  

Untuk itu, sudah selayaknya narkoba dijadikan sebagai musuh bersama. “Narkoba adalah musuh bermasa”. Kalimat ini harus dihayati oleh semua komponen bangsa. Tidak salah jika masyarakat luas mendengungkan perang terhadap narkoba. Peperangan ini sudah selayaknya digelar oleh semua elemen. Dimulai dari kalangan Parlemen, TNI, Polri serta LSM serta masyarakat umum secara luas. Kesemua elemen tersebut berperang di medan yang berbeda. Namun, kesemua elemen tersebut memiliki musuh bersama yaitu narkoba. Hal ini mengacu pada tupoksinya masing-masing elemen di atas. Parlemen menggunakan kewenangan membuat produk hukum yang dapat memperlemah gerak narkoba. Aparat penegak hukum melakukan peperangan dengan cara penangkapan dan penggrebekan pengedar dan produksi narkoba, termasuk pula memutus rantai peredaran barang haram tersebut. Lain halnya dengan LSM dan masyarakat umum. Kedua elemen ini melakukan peperangan dengan menggalakakkan edukasi dan sosialisasi akan bahanya narkoba serta melaporkan terhadap pihak yang berwajib apabila mengetahui ada peredaran narkoba di lingkungannya.

Semua elemen menggelar peperangan terhadap narkoba dengan alasan bahwa narkoba memberikan dampak negatif terhadap penggunanya ataupun orang yang tidak menggunakannya. Banyak sekali kajian yang membahas mengenai bahanya narkotika. Baik kajian dari sudut pandang kesehatan, psikologis, sosial masyarakatnya, ekonomi, dan bahkan dari sisi keamanan. Dikarenakan banyaknya kemudaratan yang ditimbulkan akibat dampak narkotika. Maka peperangan terhadap narkotika sudah menjadi keharusan dan menjadi musuh bersama bangsa Indonesia.

Jaringan narkoba harus diputus. Memutus jaringan narkotika tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dikarenakan jaringan ini sudah seperti jaring laba-laba yang menjalar luas dan rumit. Untuk itu dibutuhkan kekuatan dan keuletan yang ekstra dalam penanganan narkotika dengan jalan memutuskan jaringan ini. Dibutuhkan strategi yang jitu agar misi pemutusan jaringan ini dapat berhasil. Saya pikir, ada satu hal yang sangat dibutuhkan untuk memutus jaringan narkotika yaitu informasi. Kebutuhan informasi yang akurat memiliki peran penting dalam misi ini. Informasi valid dan terpercaya diperlukanagar menunjang keberhasilan strategi agar sesuai yang diharapkan. Informasi memiliki peranan vital dalam menentukan arah gerak dalam penanganan narkotika semacam ini. Tanpa adanya informasi yang akurat, saya yakin gerak langkah yang diambil tidak memiliki arah yang tepat seperti orang mabuk berjalan dengan langkah gontai yang akhirnya jatuh dan tidak sampai tempat tujuan. Informasi valid inipun akan sulit didapat apabila tidak ada orang dalam. Artian dari orang dalam adalah orang yang terlibat di dalam jejaring narkotika.

Untuk menunjang keberhasilan misi ini harus segera dilakukan langkah yang progresif untuk memutus jaringan ini. Dalam tulisan ini, penulis lebih menekankan terhadap aparat BNN. Penulis memiliki pandangan bahwa BNN merupakan unsur yang sangat vital dalam pemberantasan narkotika dengan segala kewenangan dan fasilitas yang dimiliki. Gagasan yang penulis ingin sampaiakan kepada lembaga ini adalah membentuk satuan tugas khusus untuk membongkar dan memutus jaringan narkotika. Satuan ini ditugaskan untuk bekerja menjadi orang dalam. Hal ini diharapkan petugas mendapatkan informasi yang tegas akan jaringan narkotika. Walau bagaimanapun menempatkan mata-mata sangat diperlukan. Karena seperti yang sudah penulis sampaikan di atas mengenai peranan penting akan akurasi informasi.

Pemutusan jaringan harus menjadi prioritas utama dalam kasus narkotika. Kita semua tahu bahwa penangkapan terhadap pengedar saja tidak cukup. Banyak kita jumpai pemberitan tentang peredaran narkotika yang dikendalikan oleh tahanan. Hal ini menunjukkan jika jaringan itu masih menggurtia di tengah masyarakat. Apabila jaringan belum diputus, maka peredaran akan tetap berjalan. Untuk itu penulis juga mengusulkan agar narapidana narkotika dicabut hak untuk untuk komunikasi dan informasi. Karena apabila narapidana masih mendapat akses komunikasi ada kemungkinan ia menggerakkan peredaran dari dalam sel tahanan seperti yang kita jumpai saat ini. 

*Matapena      

Jumat, 12 Februari 2016

The Grand Old Man Sang Diplomat Legenda



Haji Agus Salim

Menghirup udara kebebasan merupakan cita-cita semua anak bangsa yang terjajah. Kemerdekaan adalah dambaan yang paling didamba oleh kaum tersebut. Layaknya yang didamba oleh masyarakat Indonesia kala itu yang bernasib sebagai bangsa terjajah. Dambaan akan tetap menjadi bunga tidur semata bila tiada aksi. Dan Agus Salim memilih jalan aksi untuk mewujudkan dambaan tersebut. Ia bergerak berjuang untuk terciptanya Indonesia yang bebas dari penjajahan. Ini langkah nyata Agus Salim.

Agus Salim atau yang dikenal dengan sebutan The Grand Old Man adalah anak bangsa yang pernah memperjuangkan kemerdekaan. Sebutan The Grand Old Man diberikan oleh Soekarno kepada pegiat kemerdekaan yang satu ini. Agus Salim yang waktu itu meskipun sudah tua, namun memiliki jiwa muda yang membara untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lelaki itu sudah tidak muda lagi, ia dilahirkan di Agam Sumatra Barat, 8 Oktober 1884. Meskipun bisa dikatakan sudah udzur, perjuangan beliau tidak pernah menua. Selalu semangat berapi. Tidak kenal lelah menghadiri satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya. Mengelilingi berbagai negara untuk mendapat simpati dan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Agus Salim banyak ia habiskan dengan perdebatan-perdebatan melaui jalur politik. Ia merupakan sosok diplomat senior bangsa Indonesia diawal kemerdekaan. Banyak perundingan diplomasi Indonesia yang melibatkan Agus Salim pada awal kemerdekaan. Perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville merupakan bagian langkah diplomasi yang diikuti Agus Salim untuk memberi kebaikan bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Agus Salim juga tokoh yang berhasil mengambil simpati Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian Indonesia mendapat pengakuan De Jure untuk pertama kalinya pada 10 Juni 1947. Ia sebagai pemimpin delegasi berhasil memperlihatkan eksistensi Indonesia sebagai negara merdeka di dunia internasional.

Kisah sejarah selalu menarik untuk diperbincangkan kembali. Apalagi kisah penting dalam pembentukan sebuah negara merdeka. Sebagaimana kisah Agus Salim meneken perjanjian persahabatan dengan negara Mesir. Sebelum Agus Salim menandatangani perjanjian persahabatan, Nokhrashi Pasha, Mentri Luan Negeri Mesir bertemu dengan seorang perwakilan Belanda yang nyelonong masuk ruangannya. Tamu tersebut memprotes rencana penandatanganan perjanjian Indonesia-Mesir.

“Menyesal sekali kami harus menolak protes tuan. Sebab, Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak, mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam” tutur Nokhrashi menanggapi protes perwakilan Belanda.

Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Mesir tak bisa dilepaskan dari sosok Haji Agus Salim. Keagungan wawasan ilmu pengetahuan dipadukan kemampuan diplomasi yang dibalut sentuhan tangan dingin Agus Salim menyebabkan simpati Mesir diberkan kepada Indonesia. Pengakuan Mesir merupakan pengakuan De Jure paling bersejarah. Karenanya, Mesir adalah negara pertama di dunia internasional yang mengakui proklamasi 17 agustus 1945. Baru kemudian setelah Mesir sejumlah negara arab seperti Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman berturut-turut mendukung kemerdekaan Indonesia.

Suskses di Timur Tengah lelaki yang dijuluki The Grand Old Man oleh Soekarno itu melanjutkan aksinya ke dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa. Berkat kedekatannya dengan Liga Arab, Salim membuka jalan bagi indonesia untuk mengikuti sidang dewan keamanan pbb di Lake Success, New York Amerika Serikat 19 Agustus 1947. Sidang ini yang memutuskan pembentukan KTN (Komite Tiga Negara). Di tangan Agus Salim bayi republik yang masih belajar merangkak tampil percaya diri berdiri dipanggung dunia dengan tangan mengepal.

Renville. Perundinagan yang dimediasi Komite Tiga Negara terdiri atas Amerika-Australia-Belgia digunakan oleh Belanda untuk menyerang Indonesia. Mereka mempersoalkan Indonesia yang beberapa bulan terakhir bergerilya mencari pengakuan kemerdekaan pengakuan kedaulatan ke negara negara arab. Perjanjian Renville, delegasi Indonesia terdiri dari Ali Sastroamidjojo, Tjoa Sik Len, Mohamad Roem, Narsun, Ir Juanda.”Apakah aksi militer yang tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan perjanjian linggarjati?”. Dia berpendapat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh negara arab justru disesebabkan oleh serangan Belanda 21 Juli 1947 yang kemudian dikenal sebagai agresi militer 1. Perjanjian renville sah 17 januari 1948. Perjanjian ini merugikan karena pengakuan garis demarkasi Van Mook dan penarikan penarikan di kantong2 wilayah kekuasaan belanda.

Diplomat Muslim Moderat
Dalam proses pembentukan negara Indonesia terdapat lembaga yang bernama BPUPKI (Badan penyelidik usaha-usah persiapan kemerdekaan indonesia). Di dalam lembaga ini dibentuk pula panitia sembilan yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara indonesia. Panitia sembilan ini diketuai Sukarno dan beranggotakan mohammad hatta , mohammad yamin, achmad soebardjo, AA maramis, kiai abdoelkahar moezakir, wachid hasyim, abikoesno tjokrosoejoso, dan haji agus salim. Tim ini pula yang melahirkan piagam jakarta (Jakarta Charter) tertanda jakarta 22 juni 1945

Kerja tim sembilan ini menyisakan kemelut dikemudian hari. Ada poin dalam Piagam jakarta yang menjadi perdebatan panas pada masa itu. Poin tersebut adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Poin ini yang menjadikan suasana sidang terasa panas. Kaum nasionalis dan kaum islamis bersitegang dalam menanggapi poin ini. Dalam suasana seperti ini Agus Salim turun tangan menunjukkan kemoderatannya untuk mempersatukan pandangan anggota sidang agar tidak terpecah.

“Wajib umat islam menjalankan syariat, biarpun tidak ada indonesia merdeka. Biarpun tidak ada hukum dasar indonesia. Itu adalah satu hak umat islam yang dipegangnya” sergah Agus Salim.

Sabtu, 06 Februari 2016

Monolog Jalang


Malam memuram. Aku tau kau malas menampakkan diri. Bergerak turun pun kau tak sudi dari singgasana itu. Aku mengerti. Karena kuperlakukan kau dengan sangat tidak manusiawi.
Iya kan? Dendamkah kau?
Dan saat keputusan ini tiba, di mana kekuasaan berada di tanganmu sepenuhnya, apakah kau ingin hadir dengan prediksi yang tersia-sia olehku atau mati dengan luka meruah di atas singgasana itu, maka kuputuskan untuk memberitahumu akan sesuatu.
Sebelum aku atau kau yang binasa, inginkah kau tahu kenapa kuperlakukan kau seperti itu selama ini? Seakan-akan kau nihil dalam hidupku dan tidak kuindahkan keberadaanmu sebagai seorang anak manusia, inginkah kau mengetahuinya?
Setidaknya dengarkan dulu penjelasanku sebelum kita berdua memalingkan wajah satu sama lain karena ketidaktertarikanmu pada hidup ini. Asal kau tahu, hidup ini adalah penderitaan. Atau memang hanya hidupku saja yang menderita sebegitu parahnya hingga terlalu pilu untuk dijadikan sebuah lagu?
Hai, kau yang sedang duduk di singgasana kehormatan itu! Aku memulai kisah ini dengan kepiluan kacang yang dipaksa terlepas dari kulitnya. Ditekan, dikuliti dan dilepas tanpa perasaan, seperti jalang. Lalu dimakan dengan sekali gigit dan berakhir dalam sebuah telan.
Kupikir mereka sayang, maka aku pun senang. Kukira mereka tulus, tidak tahunya hanya akal bulus. Bagi mereka, kehadiran seorang anak adalah untuk menambah pemasokan beras di rumah. Jual tubuh. Mereka menukarku untuk segantang beras. Dengan harapan aku senang dan mereka dapat kenyang.
Dalam usia ketika aku baru mengerti bahwa Tibet berbeda dengan Tebet, aku digiring dengan kawat besi, dipaksa menjadi makanan harian yang dilepas satu-persatu secara perlahan oleh mereka yang tak tahu .
Oleh manusia-manusia penjambak rambut itu, aku memar dan terluka untuk selamanya. Tak ada yang dapat menambal kepercayaanku yang telah koyak kepada kaum-kaum itu. Adakah yang baik? Yang berbeda spesies dari yang kuhadapi selama ini? “Jika ada, potong tanganku dan cacah dagingnya!” teriakku.
Dan saat mengetahui kau memilihku untuk hidup bersama kelak, aku hanya bisa acuh. Sakit ini pada hidup yang kejam, sudah terlalu banyak tinta hitam dalam kertas putihku sebagai seorang manusia. Bagiku ia hanya kelam. Tak butuh aku ganti kertas putih penuh noda itu.
Hati nuraniku mulai cerewet. Ia minta agar aku memulai lagi dengan kertas putih yang baru, untuk kujalani bersamamu kelak. Kubilang bahwa aku tidak mengharapkanmu untuk memilihku. Dengan adanya kau, hidupku menjadi bertambah sulit. Dulu kupikir aku tak akan mengenal kebaikan lagi, hanya kepahitan.
Tapi aku salah! Kau, walaupun tak berdaya, mengajarkanku sebuah kehidupan yang harus kujaga. Merekuh sebuah perantara selaput kulit. Kita hanya terpisah beberapa cm dalam tubuh yang sama. Aku dapat merasakanmu ketika kau mulai ingin bermain. Tidak sabar keluar dan ingin menantang dunia.
Kau kukenal tak lebih separuh usiaku. Aku menjadi mengerti makna berbagi, ketulusan, kasih sayang dan penerimaan. Cinta kasih yan luar biasa dianugerahkan hanya untuk pelacur jalang sepertiku. Kau mengajariku begitu bayak pelajaran akan hidup ini.
Dan setelah berbulan-bulan, dalam sebuah ruangan persegi berwarna putih ini, keringat dinginku mulai bercucuran. Demi melihat nafasmu. Aku meregang nyawa di ruangan ini, demi melihat apakah kau mencintaiku atau ingin meninggalkanku seperti mereka. Dan dalam regangan nyawa ini aku paham bahwa kau ingin membuatku mengerti akan hidup ini.
Kurasai kau mengangguk. Melorot perlahan untuk turun. Menyetujui untuk turun dari singgasana itu, menyambutku keluar dan meneriakkan tangisanmu yang kuketahui selama ini kau pendam. Aku tarik seribu nafasku agar kau dapat leluasa keluar. Dengan segenap kekuatan dunia yang kumiliki selama ini kukerahkan kau untuk turun dari singgasana yang enggan melepasmu.
Teriakan itu. Tangis itu. Aku dan kau bagai terlahir menjadi selembar kertas putih. Aku menjadi baru dan kita bersatu.
Dan disaat rintih tak dapat kurengkuh, maka desahan lagu itu akan mereguk nafas kita berdua. Tangismu mewujud dalam harmoni. Siluet putih itu menjemputku pergi menjauh darimu yang baru saja setuju untuk turun memeluk.
Maaf, kutitipkan kau pada dunia dengan segala doa terbaikku agar kau aman untuk hidup. Aku tau kau menggenggam jari telunjukku erat. Di atas perutku, kau menempelkan tubuhmu tak mau berpisah. Aku tau kau ingin mendengar detak jantungku yang perlahan mulai memelan iramanya kan?
Jangan khawatir! Walaupun detak jatung ini tak dapat kau dengar nanti, aku selalu menjadi irama dalam harmonimu, menjadi lirik dalam lagumu dan menjadi nada dalam musikmu.
Terimakasih atas kelahiranmu, terimakasih atas kematianku.
Lanjutkan harmoni itu, nak. Rengkuh ia dan genggam erat tanpa harus kau rasa terjatuh seperti hidupku.
Salam, ibu yang melahirkan dan menyayangimu.
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com