Blogger templates

Rabu, 22 Juni 2016

Belajar Agama Bersama “Kang Bejo”

“Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa maknanya umurku ini?” (KH. Wahid Hasyim)

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Keberkahan Ramadhan mencakup berbagai aspek. Mulai ekonomi, agama, sosial, bahkan politik menuai keberkahannya. Menurut literatur agama Islam, beribadah di bulan Ramadhan akan dilipat gandakan pahalanya menjadi sepuluh kali lipatan, seratus bahkan ribuan. Hanya Alloh Swt yang tau pastinya. Itu sedikit berkahnya bulan Ramadhan. Belum lainnya.

Memperdalam ilmu agama di bulan Ramadhan tampaknya menjadi langkah yang tepat. Selain janji pelipatgandaan pahala, dimana pada bulan ini juga banyak majelis-majelis keilmuan yang bertebaran. Pesantren, masjid-masjid, bahkan dipinggir jalan ada kajian keagamaan sebelum menikmati buka bersama. Alangkah bijaksananya jika kita memanfaatkan momentum seperti ini untuk memperbaiki kualitas agama pribadi masing-masing.

Pun dengan saya. Merayakan Ramadhan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang keagamaan. Cara saya merayakannya dengan menghadiri majelis keilmuan dan yang tidak boleh dilupakan adalah membaca buku karya para ulama. Baik ulama klasik maupun kontemporer harus dibaca. Adapun mempelajari karya ulama klasik saya lakukan di Ponpes Aswaja, sedangkan mempelajari karya ulama kontemporer saya lakukan di dalam kamar kost. 

Karya ulama kontemporer yang saya baca baru-baru ini adalah buah intelektualitas dari KH. Abdullah Sa’ad Ahmadi. Beliau menulis buku berjudul “Kang Bejo”. Adapun yang saya baca adalah buku Kang Bejo jilid 1. Buku yang bertagline Ajar Nggugu Dhawuhe Gusti Alloh Lan Kanjeng Nabi sangat tepat dibaca oleh Islamis awam seperti saya. Bahasa yang sederhana dan tidak ndakik memudahkan saya dalam memahami buku tersebut. Selain itu, buku ini memuat pula komparasi pemikiran Islam dan barat, karya-karya ulama terdahulu, dan tentunya penjelasan yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits dimuat dalam buku ini. Kompleksitas bahasan dalam buku ini akan menambah cakrawala keilmuan pembacanya. 

Buku Kang Bejo memuat ajaran fundamental tentang kehidupan manusia. Tentunya dengan melihat menggunakan kacamata Islam. Tujuan kehidupan, langkah menghidupkan jiwa, menebar rahmat cinta kasih, dan mengikuti garis kehidupan yang diajarkan Alloh serta nabi merupakan garis besar tentang apa yang penulis coba sampaikan kepada khalayak. Bab-bab tersebut mengulas secara detail tentang ajaran yang ada di dalamnya. Begitu lugas dan mencerdaskan. 

Melaui buku ini, Abdulloh Sa’ad mencoba untuk berdakwah dengan karya tulis. Dikarenakan alasan beberapa hal. Pertama, dengan menulis buku, maka akan melahirkan pengakuan keilmuan dari orang lain. Kedua, dengan dicetaknya buku, maka spektrum dakwahnya akan semakin luas tanpa mempertimbangkan ikatan waktu dan tempat. Buku dapat dibaca kapanpun dan dimanapun saja.

Dalam bukunya, Pak Kiai ini juga menegaskan betapa pentingnya umat Islam memiliki ilmu yang cukup, terlebih ilmu agama. Hal ini dibuktikan dengan beliau mengutip pernyatan Al-Habib Prof Naquib al-Aththas. Habib yang juga Profesor tersebut menyatakan, hancurnya umat Islam bukan disebabkan karena kemunduran di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Namun disebabkan oleh persoalan yang lebih fundamental yaitu kehancuran pada tingkatan metafisis. Dimana umat Islam telah mengalami yang namanya corruption of knowledge. Umat islam kehilangan sebuah pijakan pada tradisi keilmuan yang mengakibatkan nilai adab dalam diri umat islam mengalami kemerosotan yang sangat dalam. 

Oleh karena itu, cocok kiranya untuk menutup tulisan ini menggunakan kutipan KH. Wahid Hasyim. Pak Kiai dan juga Menteri Agama pertama Republik Indonesia tersebut berkata, tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa maknanya umurku ini?. 

Selamat Membaca!
  

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com