Blogger templates

Rabu, 22 Juni 2016

Dongke (Sesepuh Desa) Dalam Kajian Politik Lokal di Desa Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar

Perbincangan dan kajian mengenai politik lokal pasca Orde Baru selalu menarik perhatian. Ini karena politik lokal pada masa itu memberikan dampak yang diametral. Perubahan dramatis dalam perpolitikan indonesia sejak kejatuhan rezim Soeharto telah memberikan ruang bagi hadirnya demokrasi yang sesungguhnya. Politik lokal menjadi lebih terbuka dan menjadi penentu pembangunan di daerah. Setelah masa reformasi, kolaborasi antara elit pusat dan lokal pun menghilang, namun justru semakin menguatkan posisi penguasa-penguasa lokal. Sehingga pemerintahan demokratis oleh rakyat yang sesunggunya ditingkat lokal tidak benar-benar dicapai.

Elit Politik Lokal yang penulis sajikan merupakan merupakan tokoh desa setempat yang menduduki status sosial sebagai Dongke. Tokoh Dongke disini bernama Pak Medot. Dongke adalah seorang tokoh masyarakat (sesepuh) yang ada pada masyarakat Desa Kwangsan, yang mempunyai legitimasi untuk memimpin upacara adat dan segala ritual tradisi yang berada di masyarakat setempat. 

Menurut Koentjaraningrat (1985:11) ritus adalah aktivitas dari tindakan manusia untuk berkomunikasi dan melaksanakan kebaktiannya terhadap tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang atau makhluk lain, biasanya berlangsung berulang-ulang. Baik setiap hari, setiap musim atau kadang-kadang saja. Ritual atau ritus ini biasanya berupa tindakan doa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi, berposesi, berseni drama suci, berpuasa, bertapa, dan bersemedi.

Masyarakat setempat begitu menghormati Pak Medot yang menjadi sesepuh desa Kwangsan. Selain sebagai Dongke, petuah dari Pak Medot sering dijadikan rujukan oleh masyarakat setempat yang memiliki permasalahan. Namun, kharisma Pak Medot tidak hanya berhenti pada tokoh kultural belaka. Melainkan juga memiliki pengaruh besar dalam konstelasi perpolitikan di lingkungan Desa Kwangsan. 

Dongke memiliki keterkaitan dengan perpolitikan Desa Kwangsan. Ia mampu mengarahkan massa untuk memenangkan kandidat kepala Desa. Pak Medot yang berkedudukan sebagai Dongke dapat dikatakan sebagai local strongman. Berkat pengaruhnya, Dongke mampu menjadikan Pak Untung sebagai Kepala desa Kwangsan periode 2013-2019. Dalam mengkaji elit lokal, penulis menggunakan teori patronase sebagai analisisnya. 








0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com