Blogger templates

Selasa, 18 Oktober 2016

The Battle of Algiers: Gerakan Sosial Rakyat Aljazair

The Battle of Algiers (1966) merupakan film yang layak ditonton oleh kalangan ak ademisi. Film tersebut menceritakan perjuangan bangsa Algeria atau yang dikenal dengan negara Aljazair. Kisah perjuangan yang heroik dilakukan oleh bangsa Aljazair untuk melepaskan dari penjajahan kolonialisme Prancis. Baik yang laki-laki maupun perempuan turut dalam perjuangan. Mereka menghendaki kemerdekaan dari kolonialisme Prancis yang sudah menjajah Aljazair selama kurang lebih 150 tahun. Lebih menarik lagi, dalam perjuangan merebut kemerdekaan turut terlibat seorang anak berusia dibawah lima belas tahun. Anak yang bernama Oemar itu memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kala itu. Ia menjadi kurir untuk pejuang yang tergabung dalam National Liberation Front (FLN). 

FLN merupakan organisasi rakyat yang menjadi penggerak perjuangan merebut kemerdekaan. Masyarakat yang memiliki keinginan untuk merdeka bergabung dan berjuang bersama di dalam FLN. Organisasi ini memiliki semangat perjuangan melawan kolonialisme. Tujuan FLN adalah memerdekakan Aljazair dan mengembalikan status negara Aljazair menurut azaz Islam dan menghormati dasar kebebasan tanpa memandang ras maupun agama. Dalam film tersebut, ada lima orang yang memiliki peran penting di FLN. Orang-orang tersebut adalah El-Hadi Jaffar, Murad, Ramel, Ben M. Hidi, Ali la Pointe’s. Tokoh Ali la Pointe’s merupakan pimpinan yang memiliki posisi penting dalam film. Ia adalah pemuda yang buta aksara, pekerjaan serabutan bahkan seorang pengangguran, dan sering keluar masuk penjara. Meskipun memiliki latar belakang demikian, ia mampu menjadi sosok pimpinan yang mampu mengorganisir rakyat dan tekun dalam berjuang merebut kemerdekaan. 

Perjuangan FLN tidaklah mudah. Sebelum melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, FLN membereskan urusan di dalam masyarakatnya terlebih dahulu. Mengurus rumah tangga dengan cara membersihkan lingkungan dari pemabuk, pengguna narkoba, dan menghilangkan prostitusi. FLN akan memberikan hukuman.kepada yang bersangkutan manakala tidak menurut. Sebagaimana Hasan El-Blidi yang dihukum mati oleh FLN akibat tidak menghentikan usaha prostitusinya dan ia tidak mau bergabung dengan kelompok FLN. Setelah itu, FLN melakukan perjuangan dengan cara menyerang polisi Prancis di jalanan kota. Serangan tidak hanya difokuskan kepada polisi, melainkan juga menyerang Distrik Eropa. Hal ini diperlihatkan dalam film dengan adegan pengeboman yang dilakukan tiga wanita FLN di keramaian masyarakat eropa. Namun pada akhir cerita, FLN dapat dikalahkan oleh tentara kolonial yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Mathiu Philipe. Semua petinggi FLN dapat dilumpuhkan. Ada yang dipenjara, dipenggal, dan dieksekusi mati ditempat sebagaimana yang dialami Ali la Pointe’s.  

Film ini dapat dikategorikan sebagai gerakan sosial. Sebagaimana gerakan sosial yang dikemukakan Cohen (1992), gerakan sosial memiliki beberapa unsur. Pertama, adanya unsur kolektif dan terorganisir. Dalam film ini, FLN menjadi organisasi penggerak rakyat Aljazair untuk mendapatkan kemerdekaannya. Mobilisasi massa dilakukan oleh FLN secara masif. Kedua, ideologi. Ide yang menggerakkan rakyat Aljazair adalah adanya persamaan rakyat Aljazair untuk merdeka. Syarat ketiga adalah memiliki nafas gerakan panjang. Perjuangan yang dilakukan oleh FLN dan rakyat Aljazair berlangsung cukup lama. Tidak hanya berlangsung sehari dua hari atau bulan. Melainkan, perjuangan membutuhkan waktu dengan hitungan tahun. Dalam film, FLN dapat dikalahkan. Akan tetapi, perjuangan rakyat Aljazair masih berlangsung. Rakyat secara serentak melakukan demontrasi di jalanan menuntut kemerdekaan kepada pemerintah kolonial. 

Melihat film The battle of algiers (1966), saya melihat ada dua kategorisasi perjuangan meraih kemerdekaan rakyat Aljazair. Kategori pertama adalah perjuangan yang dipimpin oleh organisasi FLN. Perjuangan ini dapat dikatakan sebagai bagian dari gerakan sosial. Jika menganut pemikiran Cohen, perjuangan yang dipimpin FLN sudah memiliki ketiga unsur yang dipersyaratkan. FLN memiliki pimpinan, ada pembagian tugas, dan persamaan ideologi dalam berjuang. Berbeda dimana perjuangan dilakukan setelah FLN dikalahkan oleh kolonial. Meski perjuangan meraih kemerdekaan tetap berlangsung, dalam hal ini tidak diketahui siapa yang menjadi aktor intelektual yang menggerakkan rakyat ke jalanan. Petinggi-petinggi FLN yang dipenjara juga tidak mengetahui siapa aktor yang menggerakkan rakyat Aljazair. Pada saat itu hanya diketahui adanya keinginan rakyat untuk mendapatkan kemerdekaan. Mereka secara spontanitas turun ke jalan raya untuk menyerukan tuntutan kemerdekaan. Setelah bertahun-tahun melakukan demo di jalanan, akhirnya Aljazair merdeka tahun 1962.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com