The Battle of Algiers
(1966) merupakan film yang layak ditonton oleh kalangan ak ademisi. Film
tersebut menceritakan perjuangan bangsa Algeria atau yang dikenal dengan negara
Aljazair. Kisah perjuangan yang heroik dilakukan oleh bangsa Aljazair untuk
melepaskan dari penjajahan kolonialisme Prancis. Baik yang laki-laki maupun
perempuan turut dalam perjuangan. Mereka menghendaki kemerdekaan dari
kolonialisme Prancis yang sudah menjajah Aljazair selama kurang lebih 150
tahun. Lebih menarik lagi, dalam perjuangan merebut kemerdekaan turut terlibat
seorang anak berusia dibawah lima belas tahun. Anak yang bernama Oemar itu
memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kala itu. Ia menjadi kurir untuk
pejuang yang tergabung dalam National Liberation Front (FLN).
FLN merupakan
organisasi rakyat yang menjadi penggerak perjuangan merebut kemerdekaan. Masyarakat
yang memiliki keinginan untuk merdeka bergabung dan berjuang bersama di dalam
FLN. Organisasi ini memiliki semangat perjuangan melawan kolonialisme. Tujuan
FLN adalah memerdekakan Aljazair dan mengembalikan status negara Aljazair
menurut azaz Islam dan menghormati dasar kebebasan tanpa memandang ras maupun
agama. Dalam film tersebut, ada lima orang yang memiliki peran penting di FLN. Orang-orang
tersebut adalah El-Hadi Jaffar, Murad, Ramel, Ben M. Hidi, Ali la Pointe’s. Tokoh
Ali la Pointe’s merupakan pimpinan yang memiliki posisi penting dalam film. Ia
adalah pemuda yang buta aksara, pekerjaan serabutan bahkan seorang pengangguran,
dan sering keluar masuk penjara. Meskipun memiliki latar belakang demikian, ia
mampu menjadi sosok pimpinan yang mampu mengorganisir rakyat dan tekun dalam
berjuang merebut kemerdekaan.
Perjuangan FLN tidaklah
mudah. Sebelum melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, FLN membereskan urusan
di dalam masyarakatnya terlebih dahulu. Mengurus rumah tangga dengan cara
membersihkan lingkungan dari pemabuk, pengguna narkoba, dan menghilangkan
prostitusi. FLN akan memberikan hukuman.kepada yang bersangkutan manakala tidak
menurut. Sebagaimana Hasan El-Blidi yang dihukum mati oleh FLN akibat tidak
menghentikan usaha prostitusinya dan ia tidak mau bergabung dengan kelompok FLN.
Setelah itu, FLN melakukan perjuangan dengan cara menyerang polisi Prancis di
jalanan kota. Serangan tidak hanya difokuskan kepada polisi, melainkan juga
menyerang Distrik Eropa. Hal ini diperlihatkan dalam film dengan adegan
pengeboman yang dilakukan tiga wanita FLN di keramaian masyarakat eropa. Namun pada
akhir cerita, FLN dapat dikalahkan oleh tentara kolonial yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Mathiu Philipe. Semua petinggi FLN dapat dilumpuhkan. Ada yang
dipenjara, dipenggal, dan dieksekusi mati ditempat sebagaimana yang dialami Ali
la Pointe’s.
Film ini dapat
dikategorikan sebagai gerakan sosial. Sebagaimana gerakan sosial yang
dikemukakan Cohen (1992), gerakan sosial memiliki beberapa unsur. Pertama,
adanya unsur kolektif dan terorganisir. Dalam film ini, FLN menjadi organisasi
penggerak rakyat Aljazair untuk mendapatkan kemerdekaannya. Mobilisasi massa
dilakukan oleh FLN secara masif. Kedua, ideologi. Ide yang menggerakkan rakyat
Aljazair adalah adanya persamaan rakyat Aljazair untuk merdeka. Syarat ketiga
adalah memiliki nafas gerakan panjang. Perjuangan yang dilakukan oleh FLN dan
rakyat Aljazair berlangsung cukup lama. Tidak hanya berlangsung sehari dua hari
atau bulan. Melainkan, perjuangan membutuhkan waktu dengan hitungan tahun.
Dalam film, FLN dapat dikalahkan. Akan tetapi, perjuangan rakyat Aljazair masih
berlangsung. Rakyat secara serentak melakukan demontrasi di jalanan menuntut
kemerdekaan kepada pemerintah kolonial.
Melihat film The battle
of algiers (1966), saya melihat ada dua kategorisasi perjuangan meraih
kemerdekaan rakyat Aljazair. Kategori pertama adalah perjuangan yang dipimpin
oleh organisasi FLN. Perjuangan ini dapat dikatakan sebagai bagian dari gerakan
sosial. Jika menganut pemikiran Cohen, perjuangan yang dipimpin FLN sudah
memiliki ketiga unsur yang dipersyaratkan. FLN memiliki pimpinan, ada pembagian
tugas, dan persamaan ideologi dalam berjuang. Berbeda dimana perjuangan
dilakukan setelah FLN dikalahkan oleh kolonial. Meski perjuangan meraih
kemerdekaan tetap berlangsung, dalam hal ini tidak diketahui siapa yang menjadi
aktor intelektual yang menggerakkan rakyat ke jalanan. Petinggi-petinggi FLN
yang dipenjara juga tidak mengetahui siapa aktor yang menggerakkan rakyat Aljazair.
Pada saat itu hanya diketahui adanya keinginan rakyat untuk mendapatkan
kemerdekaan. Mereka secara spontanitas turun ke jalan raya untuk menyerukan
tuntutan kemerdekaan. Setelah bertahun-tahun melakukan demo di jalanan, akhirnya
Aljazair merdeka tahun 1962.
0 komentar:
Posting Komentar