![]() |
Haji Agus Salim |
Menghirup udara
kebebasan merupakan cita-cita semua anak bangsa yang terjajah. Kemerdekaan
adalah dambaan yang paling didamba oleh kaum tersebut. Layaknya yang didamba
oleh masyarakat Indonesia kala itu yang bernasib sebagai bangsa terjajah. Dambaan
akan tetap menjadi bunga tidur semata bila tiada aksi. Dan Agus Salim memilih
jalan aksi untuk mewujudkan dambaan tersebut. Ia bergerak berjuang untuk
terciptanya Indonesia yang bebas dari penjajahan. Ini langkah nyata Agus Salim.
Agus Salim atau yang
dikenal dengan sebutan The Grand Old Man adalah anak bangsa yang pernah
memperjuangkan kemerdekaan. Sebutan The Grand Old Man diberikan oleh Soekarno
kepada pegiat kemerdekaan yang satu ini. Agus Salim yang waktu itu meskipun
sudah tua, namun memiliki jiwa muda yang membara untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Lelaki itu sudah tidak muda lagi, ia dilahirkan di Agam
Sumatra Barat, 8 Oktober 1884. Meskipun bisa dikatakan sudah udzur, perjuangan
beliau tidak pernah menua. Selalu semangat berapi. Tidak kenal lelah menghadiri
satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya. Mengelilingi berbagai negara untuk
mendapat simpati dan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan Agus Salim
banyak ia habiskan dengan perdebatan-perdebatan melaui jalur politik. Ia
merupakan sosok diplomat senior bangsa Indonesia diawal kemerdekaan. Banyak
perundingan diplomasi Indonesia yang melibatkan Agus Salim pada awal
kemerdekaan. Perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville merupakan bagian
langkah diplomasi yang diikuti Agus Salim untuk memberi kebaikan bagi bangsa
Indonesia. Selain itu, Agus Salim juga tokoh yang berhasil mengambil simpati
Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian Indonesia mendapat
pengakuan De Jure untuk pertama kalinya pada 10 Juni 1947. Ia sebagai pemimpin
delegasi berhasil memperlihatkan eksistensi Indonesia sebagai negara merdeka di
dunia internasional.
Kisah sejarah selalu
menarik untuk diperbincangkan kembali. Apalagi kisah penting dalam pembentukan
sebuah negara merdeka. Sebagaimana kisah Agus Salim meneken perjanjian
persahabatan dengan negara Mesir. Sebelum Agus Salim menandatangani perjanjian
persahabatan, Nokhrashi Pasha, Mentri Luan Negeri Mesir bertemu dengan seorang
perwakilan Belanda yang nyelonong
masuk ruangannya. Tamu tersebut memprotes rencana penandatanganan perjanjian
Indonesia-Mesir.
“Menyesal sekali kami
harus menolak protes tuan. Sebab, Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai
negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak, mendukung perjuangan bangsa
Indonesia yang beragama Islam” tutur Nokhrashi menanggapi protes perwakilan
Belanda.
Pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Mesir tak bisa dilepaskan dari sosok Haji Agus Salim. Keagungan wawasan ilmu
pengetahuan dipadukan kemampuan diplomasi yang dibalut sentuhan tangan dingin Agus
Salim menyebabkan simpati Mesir diberkan kepada Indonesia. Pengakuan Mesir
merupakan pengakuan De Jure paling bersejarah. Karenanya, Mesir adalah negara pertama
di dunia internasional yang mengakui proklamasi 17 agustus 1945. Baru kemudian
setelah Mesir sejumlah negara arab seperti Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan
Yaman berturut-turut mendukung kemerdekaan Indonesia.
Suskses di Timur Tengah
lelaki yang dijuluki The Grand Old Man oleh Soekarno itu melanjutkan aksinya ke
dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa. Berkat kedekatannya dengan Liga
Arab, Salim membuka jalan bagi indonesia untuk mengikuti sidang dewan keamanan
pbb di Lake Success, New York Amerika Serikat 19 Agustus 1947. Sidang ini yang
memutuskan pembentukan KTN (Komite Tiga Negara). Di tangan Agus Salim bayi
republik yang masih belajar merangkak tampil percaya diri berdiri dipanggung
dunia dengan tangan mengepal.
Renville. Perundinagan
yang dimediasi Komite Tiga Negara terdiri atas Amerika-Australia-Belgia
digunakan oleh Belanda untuk menyerang Indonesia. Mereka mempersoalkan
Indonesia yang beberapa bulan terakhir bergerilya mencari pengakuan kemerdekaan
pengakuan kedaulatan ke negara negara arab. Perjanjian Renville, delegasi Indonesia
terdiri dari Ali Sastroamidjojo, Tjoa Sik Len, Mohamad Roem, Narsun, Ir
Juanda.”Apakah aksi militer yang tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan
perjanjian linggarjati?”. Dia berpendapat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
negara arab justru disesebabkan oleh serangan Belanda 21 Juli 1947 yang
kemudian dikenal sebagai agresi militer 1. Perjanjian renville sah 17 januari
1948. Perjanjian ini merugikan karena pengakuan garis demarkasi Van Mook dan
penarikan penarikan di kantong2 wilayah kekuasaan belanda.
Diplomat
Muslim Moderat
Dalam proses
pembentukan negara Indonesia terdapat lembaga yang bernama BPUPKI (Badan
penyelidik usaha-usah persiapan kemerdekaan indonesia). Di dalam lembaga ini
dibentuk pula panitia sembilan yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara
indonesia. Panitia sembilan ini diketuai Sukarno dan beranggotakan mohammad
hatta , mohammad yamin, achmad soebardjo, AA maramis, kiai abdoelkahar
moezakir, wachid hasyim, abikoesno tjokrosoejoso, dan haji agus salim. Tim ini
pula yang melahirkan piagam jakarta (Jakarta Charter) tertanda jakarta 22 juni
1945
Kerja tim sembilan ini
menyisakan kemelut dikemudian hari. Ada poin dalam Piagam jakarta yang menjadi
perdebatan panas pada masa itu. Poin tersebut adalah “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Poin ini yang
menjadikan suasana sidang terasa panas. Kaum nasionalis dan kaum islamis
bersitegang dalam menanggapi poin ini. Dalam suasana seperti ini Agus Salim
turun tangan menunjukkan kemoderatannya untuk mempersatukan pandangan anggota
sidang agar tidak terpecah.
“Wajib umat islam
menjalankan syariat, biarpun tidak ada indonesia merdeka. Biarpun tidak ada
hukum dasar indonesia. Itu adalah satu hak umat islam yang dipegangnya” sergah
Agus Salim.
0 komentar:
Posting Komentar