Blogger templates

Jumat, 12 Februari 2016

The Grand Old Man Sang Diplomat Legenda



Haji Agus Salim

Menghirup udara kebebasan merupakan cita-cita semua anak bangsa yang terjajah. Kemerdekaan adalah dambaan yang paling didamba oleh kaum tersebut. Layaknya yang didamba oleh masyarakat Indonesia kala itu yang bernasib sebagai bangsa terjajah. Dambaan akan tetap menjadi bunga tidur semata bila tiada aksi. Dan Agus Salim memilih jalan aksi untuk mewujudkan dambaan tersebut. Ia bergerak berjuang untuk terciptanya Indonesia yang bebas dari penjajahan. Ini langkah nyata Agus Salim.

Agus Salim atau yang dikenal dengan sebutan The Grand Old Man adalah anak bangsa yang pernah memperjuangkan kemerdekaan. Sebutan The Grand Old Man diberikan oleh Soekarno kepada pegiat kemerdekaan yang satu ini. Agus Salim yang waktu itu meskipun sudah tua, namun memiliki jiwa muda yang membara untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Lelaki itu sudah tidak muda lagi, ia dilahirkan di Agam Sumatra Barat, 8 Oktober 1884. Meskipun bisa dikatakan sudah udzur, perjuangan beliau tidak pernah menua. Selalu semangat berapi. Tidak kenal lelah menghadiri satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya. Mengelilingi berbagai negara untuk mendapat simpati dan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Agus Salim banyak ia habiskan dengan perdebatan-perdebatan melaui jalur politik. Ia merupakan sosok diplomat senior bangsa Indonesia diawal kemerdekaan. Banyak perundingan diplomasi Indonesia yang melibatkan Agus Salim pada awal kemerdekaan. Perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville merupakan bagian langkah diplomasi yang diikuti Agus Salim untuk memberi kebaikan bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Agus Salim juga tokoh yang berhasil mengambil simpati Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian Indonesia mendapat pengakuan De Jure untuk pertama kalinya pada 10 Juni 1947. Ia sebagai pemimpin delegasi berhasil memperlihatkan eksistensi Indonesia sebagai negara merdeka di dunia internasional.

Kisah sejarah selalu menarik untuk diperbincangkan kembali. Apalagi kisah penting dalam pembentukan sebuah negara merdeka. Sebagaimana kisah Agus Salim meneken perjanjian persahabatan dengan negara Mesir. Sebelum Agus Salim menandatangani perjanjian persahabatan, Nokhrashi Pasha, Mentri Luan Negeri Mesir bertemu dengan seorang perwakilan Belanda yang nyelonong masuk ruangannya. Tamu tersebut memprotes rencana penandatanganan perjanjian Indonesia-Mesir.

“Menyesal sekali kami harus menolak protes tuan. Sebab, Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam, tidak bisa tidak, mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam” tutur Nokhrashi menanggapi protes perwakilan Belanda.

Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Mesir tak bisa dilepaskan dari sosok Haji Agus Salim. Keagungan wawasan ilmu pengetahuan dipadukan kemampuan diplomasi yang dibalut sentuhan tangan dingin Agus Salim menyebabkan simpati Mesir diberkan kepada Indonesia. Pengakuan Mesir merupakan pengakuan De Jure paling bersejarah. Karenanya, Mesir adalah negara pertama di dunia internasional yang mengakui proklamasi 17 agustus 1945. Baru kemudian setelah Mesir sejumlah negara arab seperti Libanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, dan Yaman berturut-turut mendukung kemerdekaan Indonesia.

Suskses di Timur Tengah lelaki yang dijuluki The Grand Old Man oleh Soekarno itu melanjutkan aksinya ke dewan keamanan perserikatan bangsa-bangsa. Berkat kedekatannya dengan Liga Arab, Salim membuka jalan bagi indonesia untuk mengikuti sidang dewan keamanan pbb di Lake Success, New York Amerika Serikat 19 Agustus 1947. Sidang ini yang memutuskan pembentukan KTN (Komite Tiga Negara). Di tangan Agus Salim bayi republik yang masih belajar merangkak tampil percaya diri berdiri dipanggung dunia dengan tangan mengepal.

Renville. Perundinagan yang dimediasi Komite Tiga Negara terdiri atas Amerika-Australia-Belgia digunakan oleh Belanda untuk menyerang Indonesia. Mereka mempersoalkan Indonesia yang beberapa bulan terakhir bergerilya mencari pengakuan kemerdekaan pengakuan kedaulatan ke negara negara arab. Perjanjian Renville, delegasi Indonesia terdiri dari Ali Sastroamidjojo, Tjoa Sik Len, Mohamad Roem, Narsun, Ir Juanda.”Apakah aksi militer yang tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan perjanjian linggarjati?”. Dia berpendapat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh negara arab justru disesebabkan oleh serangan Belanda 21 Juli 1947 yang kemudian dikenal sebagai agresi militer 1. Perjanjian renville sah 17 januari 1948. Perjanjian ini merugikan karena pengakuan garis demarkasi Van Mook dan penarikan penarikan di kantong2 wilayah kekuasaan belanda.

Diplomat Muslim Moderat
Dalam proses pembentukan negara Indonesia terdapat lembaga yang bernama BPUPKI (Badan penyelidik usaha-usah persiapan kemerdekaan indonesia). Di dalam lembaga ini dibentuk pula panitia sembilan yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara indonesia. Panitia sembilan ini diketuai Sukarno dan beranggotakan mohammad hatta , mohammad yamin, achmad soebardjo, AA maramis, kiai abdoelkahar moezakir, wachid hasyim, abikoesno tjokrosoejoso, dan haji agus salim. Tim ini pula yang melahirkan piagam jakarta (Jakarta Charter) tertanda jakarta 22 juni 1945

Kerja tim sembilan ini menyisakan kemelut dikemudian hari. Ada poin dalam Piagam jakarta yang menjadi perdebatan panas pada masa itu. Poin tersebut adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Poin ini yang menjadikan suasana sidang terasa panas. Kaum nasionalis dan kaum islamis bersitegang dalam menanggapi poin ini. Dalam suasana seperti ini Agus Salim turun tangan menunjukkan kemoderatannya untuk mempersatukan pandangan anggota sidang agar tidak terpecah.

“Wajib umat islam menjalankan syariat, biarpun tidak ada indonesia merdeka. Biarpun tidak ada hukum dasar indonesia. Itu adalah satu hak umat islam yang dipegangnya” sergah Agus Salim.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com