Blogger templates

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 14 September 2016

Psikoanalisis Sigmund Freud dalam Melihat Ahok Menggugat UU Pilkada 2016




Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok kembali menjadi pusat sorotan publik. Hal ini disebabkan dirinya menggugat Undang-Undang Pilkada. Berita tentang Ahok tidak bisa dilepaskan dari serangkaian proses Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Meskipun pilkada Jakarta masih 2017 tahun depan, namun pemberitaan mengenai pilkada ibukota sudah mencuat jauh-jauh hari. Partai politik mulai menyiapkan kandidat untuk dicalonkan sebagai DKI 1. Mencari, Menjaring, melakukan komunikasi politik mulai dibangun untuk menggalang kekuatan. Begitulah magnet ibukota, kian menarik perhatian publik. Adapaun yang paling menarik dari isu terkait pilkada Jakarta adalah upaya Ahok untuk melakukan gugatan uji materi Undang-Undang Pilkada ke MK terkait aturan wajib cuti bagi petahana yang diatur di dalam UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Ahok akan menguji pasal 70 ayat (3) dan (4).

Selasa, 13 September 2016

Desa Bendosari Refleksi Kerukunan Umat Beragama Kota Salatiga




“Semua agama menebar cinta kasih” Romo Wiku, Sabtu (3/9/2016).
Bus melaju, tidak kencang dan tidak pelan pula. Sedang-sedang saja. Melintasi pertokoan, pasar, hotel tidak begitu megah khas daerah perkotaan baru. Sekitar 20 menit berselang, kami rombongan Peserta Workshop Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) tiba di Pura Adya Dharma. Dua lelaki paruh baya menyambut kedatangan kami dengan bersalaman seraya menyunggingkan bibir. Sapa akrabpun menyelimuti ruang madya mandala tempat kami diterima sebagai tamu.
 Romo Wiku Satya Dharma Telaga (Pandhita Pura Adhya Dharma) bertutur ramah menjelaskan mengenai sejarah pendirian pura beserta harmoni kehidupan pluralitas beragama diwilayah tersebut. Pura Adya Dharma tempat peribadatan umat Hindu. Satu-satunya di Salatiga. Bediri pada tahun 1995 dan diresmikan tahun 2.000 oleh H. Mardianto, Gubernur Jawa Tengah kala itu. Pura ini berlokasi di Jln. Purasari, Desa Bendosari, Kecamatan Argomulyo. Kata Adhiya Dharma berasal dari kata Adya (sedang) dan Dharma (Kebenaran). Makna kata tersebut mengisyaratkan bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani yang sedang menuju pada kebenaran untuk mencapai titik tertinggi, yakni kesejatian dalam hidup.
“Aku adalah kamu, kamu adalah aku, kita semua bersaudara”.
Itulah ajaran yang ditanamkan oleh agama Hindu dalam menjaga atmosfer keberagaman di Desa Bendosari. Umat Hindu dapat menajalankan peribadatan dengan tenang, meski rumah ibadah berdiri dilingkungan mayoritas Muslim dan Kriten Protestan. Namun demikian, toleransi dan kerukunan antar umat beragama mengakar kuat di desa tersebut. Hal ini berdampak dengan dinobatkannya Kota Salatiga sebagai kota ke-2 paling toleran di Indonesia versi Stara Institute pada 2015 silam
Sama-Sama Manusia.
Belakangan ini, konflik berlandaskan isu suku, agama, dan ras (SARA) kembali naik ke permukaan bumi pertiwi. Seperti halnya yang terjadi di Tolikara (Papua), Singkil (Aceh), dan Tanjung Balai (Medan). Konflik tersebut terjadi berlatar belakang agama. Namun, konflik agama semacam ini tidak terjadi di Kota Salatiga. Khususnya Desa Bendosari.
membuktikan bahwa mereka mampu merawat keberagaman yang berbasis pluralitas beragama. Wujud keberagaman tersebut, mereka ekspresikan dalam rasa saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Seperti halnya saat membangun jalan di depan Pura, masyarakat saling bergotong royong menyukseskan program tersebut. Selain itu, warga non hindu juga turut membantu acara wedalan (hari ulang tahun pura) dengan membuat arak arakan.
“Umat Islam dan Kristen biasanya turut serta memasang umbul-umbul sebagai bentuk solidaritas dalam merawat toleransi,” ungkap Nyoman, Kabag Humas Polres Salatiga yang saat itu mendampingi Romo Wiku.
Perayaan keagamaan antar umat dijadikan media untuk memperkukuh persatuan. Anjangsana (perkumpulan antar pemuka agama) kerap dilakukan guna mengeratkan solidaritas antar pemuka agama. “Kami ikut acara halal bi halal pada hari raya idul fitri, jika ada perayaan natal kami berkunjung ke rumah mereka,” imbuh Romo Wiku sambil duduk bersila.
            Adapun sistem kepengurusan Pura Adya Dharma juga terbilang sangat unik. Antar pemeluk agama saling bahu-membahu dalam menjaga kebersihan dan keamanan pura. Mulai dari perawatan dan kebersihan yang dilimpahkan kepada pemeluk agama Islam dan masalah keamanan dipasrahkan kepada pemeluk agama Kristen. Semua itu mereka kerjakan ikhlas tanpa mengaharap imbalan. Inilah bukti konkret tingginya toleransi beragama di Desa Bendosari Kecamatan Argomulyo Salatiga.
            “Agama bukanlah aspek yang perlu perdebatan. Tuhan hanya satu ,keyakinan manusialah yang berbeda. Biarlah perbedaan tetap tumbuh untuk memperkaya pengetahuan dalam konteks keragaman agama dan budaya,tambah Romo Wiku.
            Bagi masyarakat Bendosari, pluralitas beragama telah menjadi identitas yang melekat dalam kehidupan mereka. Perbedaan, bukan persoalan yang perlu dipersoalkan, melainkan anugerah Tuhan yang perlu dirawat keberagamannya. Karena hakikatnya, semua agama menebar kasih sayang kapada semua mahluk.

Lokakarya: Roudlotul Choiriyah, Grace Kolin, Laras Olivia, Rio Pratama, Andika Julianto Trilaksana, Teguh Waloyo.
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com