Setiap
manusia memiliki perspektif masing-masing dalam dalam menanggapi suatu
persoalan. Tiap individu juga memiliki konsep yang berbeda dalam pikirannya terkait obyek yang sama. Seperti halnya ketika mendengar suatu
kata. Maka, satu individu dengan individu lainnya akan mengaktualisasikan
kata tersebut di dalam dunia pikirannya dengan aktualisasi yang berbeda. Kemungkinannya begitu. Contohnya, ketika orang mendengar kata
“perang”. Mungkin ada yang menggambarkan di dalam pikirannya dengan adanya
orang-orang yang memanggul senapan AK 47, ada pula yang menggambarkan dengan
adanya pertarungan orang yang menggunakan senjata keris atau pedang. Ada juga
yang menggambarka kata “perang” dengan adanya bom-bom yang berjatuhan. Demikian
keunikan dari persepsi manusia dalam menggambarkan suatu kata meskipun kata itu
sama tapi antara orang satu dengan lainnya berbeda dalam penggambarannya.
Hal
demikian disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi pada individu-individu
tersebut. Salah satu penyebabnya adalah arus informasi yang masuk pada
masing-masing individu. Orang yang menggambarkan kata ”perang” dengan
penggambaran adanya bom-bom yang menghancurkan kota bisa ditengarai dia sering
meilhat bom-bom yang menghancurkan kotanya atau mungkin dia melihat di TV bahwa yang terjadi saat perang adalah bom-bom yang dijatuhkan ke menara gedung kota.
Sedangkan orang yang menggambarkan perang dengan gambaran orang yang beradu
fisik secara langsung dan menggunaan senjata keris, pedang, atau bahkan anak panah
adalah disebabkan karena arus informasi yang masuk ke dalam fikirannya berupa
informasi tentang perang klasik. Orang yang berfikir demikian kemungkinan
sering melihat tayangan TV yang mengisahkan Perang Mahabharata atau cerita peperangan antar
kerajaan.
Demikianlah
persepsi yang terdapat di alam pikir manusia. Lebih jelasnya, persepsi publik
adalah sebuah proses saat individu menginterpretasikan kesan-kesan pada suatu
obyek. Dalam kesempatan ini, penulis akan berbicara tentang persepsi masyarakat
dunia terhadap ajaran agama Islam.
Citra islam dunia internasional
Wajah
islam pada saat ini mengalami kebopengan. Hal ini tidak bisa dipungkiri oleh kita
sebagai umat muslim. Kebopengan wajah islam tidak terlepas dari berbagai konflik
yang terjadi di Timur Tengah. Perang saudara yang berkecamuk di Dunia Arab
menjadikan islam seakan agama yang gemar berperang. Islam
tidak bisa terlepas dari negara timur tengah karena bagaimanapun negara ini
merupakan tempat lahirnya ajaran yang dibawa Muhammad. Sehingga apa yang dilakukan
negara tersebut selalu dikaitkan dengan agama islam. Walaupun pada dasarnya
agama islam tidak bisa ditafsiri hanya dengan memandang apa yang terjadi di
negara arab.
Selain
perang di Timur Tengah, citra islam menjadi bertambah buruk akibat ulah oknum tidak bertanggungjwab. Seperti kelompok yang
mengatasnamakan diri sebagai Islamic State Iraq Syiria (ISIS), Alqaeda, dan
gerakan radikal lainnya. Kelompok intoleran tersebut memiliki sepak terjang mengerikan.
Mereka melakukan penyiksaan, pemerkosaan, pemenggalan, dan menghukum musuh
perangnya dengan cara yang keji dan tidak berperikemanusiaan.
Kelompok ini memiliki pendukung yang telah menyebar di berbagai belahan dunia. Tragedi Paris 2015, kemudian tragedi bom Tamrin 2016 merupakan beberapa contoh sayap ISIS sudah melebar ke berbagai penjuru. Aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam dalam kegiatannya seperti ini sangat merugikan agama tersebut. Mereka melakukan tindak kejahatan dengan dalih agama. Sejatinya pengatasnamaan mereka hanyalah untuk memperoleh kepentingan kelompoknya. Mereka berlindung dibalik agama untuk menghancurkan orang-orang yang mereka tidak sukai. Sehingga dampak dari aksi kekerasan yang mereka tampilkan menjadikan agama islam terlihat buruk di mata internasional.
Kelompok ini memiliki pendukung yang telah menyebar di berbagai belahan dunia. Tragedi Paris 2015, kemudian tragedi bom Tamrin 2016 merupakan beberapa contoh sayap ISIS sudah melebar ke berbagai penjuru. Aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam dalam kegiatannya seperti ini sangat merugikan agama tersebut. Mereka melakukan tindak kejahatan dengan dalih agama. Sejatinya pengatasnamaan mereka hanyalah untuk memperoleh kepentingan kelompoknya. Mereka berlindung dibalik agama untuk menghancurkan orang-orang yang mereka tidak sukai. Sehingga dampak dari aksi kekerasan yang mereka tampilkan menjadikan agama islam terlihat buruk di mata internasional.
Islam
sebagai agama tidak mengajarkan kebencian apalagi aksi kekerasan. Aksi kekerasan yang membabi buta
seperti yang dilakukan oleh negara Timur Tengah yang gemar perang dan ISIS yang
melakukan kejahatan kemanusiaan bukanlah ajaran islam. Namun, masyarakat dunia yang tidak mengenal
islam berasumsi bahwa ISIS adalah aktualisasi dari ajaran islam. Apabila umat islam yang berpegang ajaran rahman lil alamin hanya berdiam, maka akan sangat merugikan bagi agama islam. Oleh
karena itu diperlukan adanya gerakan yang memunculkan kesejatian dari islam itu
sendiri. Karena pada hakikatnya jika seseorang melihat hakikat ajaran agama
islam maka harus melihat kepada Nabi Muhammad selaku manusia yang meneriama
wahyu islam itu sendiri. Jika diibaratkan melihat sesuatu itu harus menggunakan
kacamata bening, agar yang terlhat adalah sesuatu yang apa adanya. Jika melihat
sesuatu dengan kacamata hitam maka yang terlihat adalah benda-benda yang
berwana hitam meskipun pada dasarnya benda itu tidak berwarna hitam. Seperti
itulah cara memandang islam dengan benar.
Gerakan islam cinta
Untuk
melawan stigma negatif tentang islam, maka umat islam harus melakukan gerakan
untuk melawan aksi isis dan gerkan radikal lainya yang mmerusak wajah dunia
islam. Gerakan yang diambil adalah upaya yang signiikan progresif untuk
menunjukkan bahwa islam adalah agama damai yang mengajarkan cinta kasih kepada
manusia dan makhluk Alloh tuhan sang pencipta. Islam adalah agama rahmatan lil
alamin, begitulah bahasa yang jamak ditemui di kalangan umat islam untuk
menyebutnya. Harus ada kelompok yang memahami islam dan mampu menerjemahkan
serta meyampaikan kepada khalayak tentang ajaran islam yang benar. Mengenalkan
ajaran islam yang menjunjung tinggi keadaban dan ajaran yang mengutamakan cinta
kasih kepada sessama makhluk. Bila tidak ada yang mampu menyampaikan dengan
baik kepada publik, maka yang terjadi adalah islam akan dipandang buruk. Karena
yang publik lihat adalah ketidakberadaban isis yang mengaku dan mencitrakan
dirinya sebagai umat islam. Ol;eh karena itu, orang baik sudah saatnya keluar
untuk memperbaiki keadaan yang tampak buruk selama ini.
Di
indonesia sendiri sudah ada gerakan yang menyampaikan kepada publik tentang
esensi dari islam yang rahmatan lil alamain. kelompok ini menunjukkan bahwa
islam mengajarkan tentang cinta kasihnya. Gerakan ini bernama gerakan islam
cinta (GIC). Sedikit akanpenulis jelaskan mengenai GIC. Gerakan Islam Cinta
(GIC) dideklarasikan oleh 40 Tokoh Muslim Indonesia pada tahun 2012 di Jakarta
sebagai respons kaum Muslim moderat terhadap fenomena intoleransi dan
radikalisme yang mengatasnamakan agama. GIC terbuka bagi siapapun yang percaya
bahwa Islam adalah agama cinta (rahmah), damai (salam) dan welas
asih. Gic merupakan wadah untuk umat islam yang meyakini bahwa agama islam
adalah agama crahmatan lil alamin. Islam mengajarkan umatnya untuk saling
mencintai dan saling menghormati segala perbedaan yang ada. Islam pada
hakikinya tidak mengajarkan intoleransi dan radikalisme seperti yang dilakukan
oleh kelompok isis dan jaringannya.
Almarhumah Prof. Annemerie Schimmel, dalam
salah satu ceramahnya di Universitas Harvard di thun 2002, pernah menyatakan
bahwa Islam biasanya diperlakukan dengan agak buruk dan sembrono, karena sebagian besar sejarawan agama dan mayoritas orang
pada umumnya lebih melihatnya sebagai agama primitif yang melulu berhubungan
dengan hukum. Namun, mengutip pendekatan beberapa ahli fenomenologi agama,
Schimmel menunjukkan bahwa sesungguhnya Islam adalah sebuah agama yang tak
kurang berorientasikan cinta-kasih dibanding agama Nasrani.
Pada kenyataannya, bukan saja Tuhannya
Islam adalah Tuhan Kasih sayang -yang menyatakan bahwa kasih sayang-Nya
meliputi apa saja, dan menundukkan murka-Nya- nabinya Islam adalah nabi yang
disebut Tuhan sebagai berakhlak agung karena cinta dan kasih-sayangnya kepada
manusia. Maka, para ahli bahkan menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan
manusia -karena cinta- hanya agar manusia itu belajar -kembali mencintai-Nya.
Dan mencintai-Nya, seperti diungkap dalam berbagai ajaran-Nya dan ajaran
Nabi-Nya, hanya mungkin diwujudkan kedalam kecintaan kepada manusia yang oleh
Tuhan sendiri tak kurang disebut kerabat-Nya sendiri.
Memang Islam bukannya tak memiliki aspek
"keras". Namun, aspek ini selalu dibawahkan kepada aspek kasih-sayang
ini. Perang dan kekerasan dalam Islam hanya legitimate jika
diperangi, atau jika terjadi penindasan. Begitupun perang dan kekerasan segera
kehilangan legitimasinya begitupun perundingan dan penyelesaian damai dapat
diselenggarakan.
Nah, entah karena kesalahfahaman kaum Muslim sendiri,
atau pun karena penyalahfahaman oleh pihak-pihak lain, paradigma pemahaman
Islam sebagai agama kasih-sayang ini seperti tenggelam di bawah hiruk pikuk
peperangan dan kekerasan yang seolah terjadi di mana-mana di dunia Islam. Yang
lebih parah, kesemuanya ni ditempatkan di bawah tajuk "jihad", yang
dipahami sebagai perang sabil - betapa pun kekeliruan pemahaman terhadap
gagasan jihad ini sudah sedapat mungkin dicoba diluruskan. Akibatnya, bukan
saja citra islam menjadi rusak, didalam kalangan Islam sendiri muncul
kelompok-kelompok yang memiliki aspirasi pemaksaan pendapat dan kehendak, tak
jarang dengan menghalalkan kekerasan. Belakangan ini, gejala seperti ini terasa
makin mengkhawatirkan sehubugan dengan adanya kecenderungan mengatnya
kelompok-kelompok yang melintasi batas-batas negara-bangsa. Jika dibiarkan,
gejala ini akan dapat menjadi ancaman yang serius bagi keutuhan dan kerukunan
bangsa.
Kenyataannya, negeri kita tak bebas dari ancaman ini.
Setiap pengamat yang teliti tak akan bisa gagal melihat bahwa gejala
radikalisme yang berakal ekstrimisme, kebencian, dan aspirasi kekerasan sudah
menampakkan tanda-tandanya di negeri kita. Maka, jika masyarakat tak mengambil
inisiatif untuk segera diluruskan hal ini, dikhawatirkan negeri kita pun tak
akan dapat membebaskan diri dari gejala konflik dan kekerasan sektarian atau
keagamaan yang sekarang telah merundung berbagai negeri lain dan terbukti
menyengsarakan rakyatnya.
Sebagai salah satu bentuk upaya masyarakat itu, maka
didirikanlah sebuah organisasi yang disebut sebagai Gerakan Islam Cinta (GIC).
Sengaja dipergunakan kata Gerakan untuk menegaskan niat bahwa, betapapun akan
menjadikan cinta sebagai basis setiap kegiatannya, organisasi ini akan bersikap
aktif dalam melancarkan upaya-upaya, baik dalam mewujudkan pergeseran paradigma
dalam memahami dan menghayati Islam, maupun dalam mengambil langkah-langkah
mewujudkan cinta-kasih dalam kehidupan kemasyarakatan, khususnya di negeri
kita.
Dengan adanya pemahan islam yang disampaikan oleh GIC,
penulis berharap kedepannya masyarakat dunia lebih memahami kesejatian dari
ajaran agama islam. Selain itu, penulis juga berharap agar semua elemen muslim
bertindak radikal seperti yang muncul dipermukaan seperti ini. Dan yang lebih
utama adalah dengan pemahaman tentang islam secara benar akan membawa
perdamaian abadi dan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar