Blogger templates

Selasa, 08 Maret 2016

Persepsi, Gerakan Islam Cinta, Dan Perdamaian



Setiap manusia memiliki perspektif masing-masing dalam dalam menanggapi suatu persoalan. Tiap individu juga memiliki konsep yang berbeda dalam pikirannya terkait obyek yang sama. Seperti halnya ketika mendengar suatu kata. Maka, satu individu dengan individu lainnya akan mengaktualisasikan kata tersebut di dalam dunia pikirannya dengan aktualisasi yang berbeda. Kemungkinannya begitu. Contohnya, ketika orang mendengar kata “perang”. Mungkin ada yang menggambarkan di dalam pikirannya dengan adanya orang-orang yang memanggul senapan AK 47, ada pula yang menggambarkan dengan adanya pertarungan orang yang menggunakan senjata keris atau pedang. Ada juga yang menggambarka kata “perang” dengan adanya bom-bom yang berjatuhan. Demikian keunikan dari persepsi manusia dalam menggambarkan suatu kata meskipun kata itu sama tapi antara orang satu dengan lainnya berbeda dalam penggambarannya. 

Hal demikian disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi pada individu-individu tersebut. Salah satu penyebabnya adalah arus informasi yang masuk pada masing-masing individu. Orang yang menggambarkan kata ”perang” dengan penggambaran adanya bom-bom yang menghancurkan kota bisa ditengarai dia sering meilhat bom-bom yang menghancurkan kotanya atau mungkin dia melihat di TV bahwa yang terjadi saat perang adalah bom-bom yang dijatuhkan ke menara gedung kota. Sedangkan orang yang menggambarkan perang dengan gambaran orang yang beradu fisik secara langsung dan menggunaan senjata keris, pedang, atau bahkan anak panah adalah disebabkan karena arus informasi yang masuk ke dalam fikirannya berupa informasi tentang perang klasik. Orang yang berfikir demikian kemungkinan sering melihat tayangan TV yang mengisahkan Perang Mahabharata atau cerita peperangan antar kerajaan. 

Demikianlah persepsi yang terdapat di alam pikir manusia. Lebih jelasnya, persepsi publik adalah sebuah proses saat individu menginterpretasikan kesan-kesan pada suatu obyek. Dalam kesempatan ini, penulis akan berbicara tentang persepsi masyarakat dunia terhadap ajaran agama Islam.

Citra islam dunia internasional
Wajah islam pada saat ini mengalami kebopengan. Hal ini tidak bisa dipungkiri oleh kita sebagai umat muslim. Kebopengan wajah islam tidak terlepas dari berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah. Perang saudara yang berkecamuk di Dunia Arab menjadikan islam seakan agama yang gemar berperang. Islam tidak bisa terlepas dari negara timur tengah karena bagaimanapun negara ini merupakan tempat lahirnya ajaran yang dibawa Muhammad. Sehingga apa yang dilakukan negara tersebut selalu dikaitkan dengan agama islam. Walaupun pada dasarnya agama islam tidak bisa ditafsiri hanya dengan memandang apa yang terjadi di negara arab. 

Selain perang di Timur Tengah, citra islam menjadi bertambah buruk akibat ulah oknum tidak bertanggungjwab. Seperti kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Islamic State Iraq Syiria (ISIS), Alqaeda, dan gerakan radikal lainnya. Kelompok intoleran tersebut memiliki sepak terjang mengerikan. Mereka melakukan penyiksaan, pemerkosaan, pemenggalan, dan menghukum musuh perangnya dengan cara yang keji dan tidak berperikemanusiaan.  

Kelompok ini memiliki pendukung yang telah menyebar di berbagai belahan dunia.  Tragedi Paris 2015, kemudian tragedi bom Tamrin 2016 merupakan beberapa contoh sayap ISIS sudah melebar ke berbagai penjuru. Aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama islam dalam kegiatannya seperti ini sangat merugikan agama tersebut. Mereka melakukan tindak kejahatan dengan dalih agama. Sejatinya pengatasnamaan mereka hanyalah untuk memperoleh kepentingan kelompoknya. Mereka berlindung dibalik agama untuk menghancurkan orang-orang yang mereka tidak sukai. Sehingga dampak dari aksi kekerasan yang mereka tampilkan menjadikan agama islam terlihat buruk di mata internasional. 

Islam sebagai agama tidak mengajarkan kebencian apalagi aksi kekerasan. Aksi kekerasan yang membabi buta seperti yang dilakukan oleh negara Timur Tengah yang gemar perang dan ISIS yang melakukan kejahatan kemanusiaan bukanlah ajaran islam. Namun, masyarakat dunia yang tidak mengenal islam berasumsi bahwa ISIS adalah aktualisasi dari ajaran islam. Apabila umat islam yang berpegang ajaran rahman lil alamin hanya berdiam, maka akan sangat merugikan bagi agama islam. Oleh karena itu diperlukan adanya gerakan yang memunculkan kesejatian dari islam itu sendiri. Karena pada hakikatnya jika seseorang melihat hakikat ajaran agama islam maka harus melihat kepada Nabi Muhammad selaku manusia yang meneriama wahyu islam itu sendiri. Jika diibaratkan melihat sesuatu itu harus menggunakan kacamata bening, agar yang terlhat adalah sesuatu yang apa adanya. Jika melihat sesuatu dengan kacamata hitam maka yang terlihat adalah benda-benda yang berwana hitam meskipun pada dasarnya benda itu tidak berwarna hitam. Seperti itulah cara memandang islam dengan benar.  

Gerakan islam cinta
Untuk melawan stigma negatif tentang islam, maka umat islam harus melakukan gerakan untuk melawan aksi isis dan gerkan radikal lainya yang mmerusak wajah dunia islam. Gerakan yang diambil adalah upaya yang signiikan progresif untuk menunjukkan bahwa islam adalah agama damai yang mengajarkan cinta kasih kepada manusia dan makhluk Alloh tuhan sang pencipta. Islam adalah agama rahmatan lil alamin, begitulah bahasa yang jamak ditemui di kalangan umat islam untuk menyebutnya. Harus ada kelompok yang memahami islam dan mampu menerjemahkan serta meyampaikan kepada khalayak tentang ajaran islam yang benar. Mengenalkan ajaran islam yang menjunjung tinggi keadaban dan ajaran yang mengutamakan cinta kasih kepada sessama makhluk. Bila tidak ada yang mampu menyampaikan dengan baik kepada publik, maka yang terjadi adalah islam akan dipandang buruk. Karena yang publik lihat adalah ketidakberadaban isis yang mengaku dan mencitrakan dirinya sebagai umat islam. Ol;eh karena itu, orang baik sudah saatnya keluar untuk memperbaiki keadaan yang tampak buruk selama ini.

Di indonesia sendiri sudah ada gerakan yang menyampaikan kepada publik tentang esensi dari islam yang rahmatan lil alamain. kelompok ini menunjukkan bahwa islam mengajarkan tentang cinta kasihnya. Gerakan ini bernama gerakan islam cinta (GIC). Sedikit akanpenulis jelaskan mengenai GIC. Gerakan Islam Cinta (GIC) dideklarasikan oleh 40 Tokoh Muslim Indonesia pada tahun 2012 di Jakarta sebagai respons kaum Muslim moderat terhadap fenomena intoleransi dan radikalisme yang mengatasnamakan agama. GIC terbuka bagi siapapun yang percaya bahwa Islam adalah agama cinta (rahmah), damai (salam) dan welas asih. Gic merupakan wadah untuk umat islam yang meyakini bahwa agama islam adalah agama crahmatan lil alamin. Islam mengajarkan umatnya untuk saling mencintai dan saling menghormati segala perbedaan yang ada. Islam pada hakikinya tidak mengajarkan intoleransi dan radikalisme seperti yang dilakukan oleh kelompok isis dan jaringannya.

Almarhumah Prof. Annemerie Schimmel, dalam salah satu ceramahnya di Universitas Harvard di thun 2002, pernah menyatakan bahwa Islam biasanya diperlakukan dengan agak buruk dan sembrono, karena sebagian besar sejarawan agama dan mayoritas orang pada umumnya lebih melihatnya sebagai agama primitif yang melulu berhubungan dengan hukum. Namun, mengutip pendekatan beberapa ahli fenomenologi agama, Schimmel menunjukkan bahwa sesungguhnya Islam adalah sebuah agama yang tak kurang berorientasikan cinta-kasih dibanding agama Nasrani.

Pada kenyataannya, bukan saja Tuhannya Islam adalah Tuhan Kasih sayang -yang menyatakan bahwa kasih sayang-Nya meliputi apa saja, dan menundukkan murka-Nya- nabinya Islam adalah nabi yang disebut Tuhan sebagai berakhlak agung karena cinta dan kasih-sayangnya kepada manusia. Maka, para ahli bahkan menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan manusia -karena cinta- hanya agar manusia itu belajar -kembali mencintai-Nya. Dan mencintai-Nya, seperti diungkap dalam berbagai ajaran-Nya dan ajaran Nabi-Nya, hanya mungkin diwujudkan kedalam kecintaan kepada manusia yang oleh Tuhan sendiri tak kurang disebut kerabat-Nya sendiri.

Memang Islam bukannya tak memiliki aspek "keras". Namun, aspek ini selalu dibawahkan kepada aspek kasih-sayang ini. Perang dan kekerasan dalam Islam hanya legitimate jika diperangi, atau jika terjadi penindasan. Begitupun perang dan kekerasan segera kehilangan legitimasinya begitupun perundingan dan penyelesaian damai dapat diselenggarakan.

Nah, entah karena kesalahfahaman kaum Muslim sendiri, atau pun karena penyalahfahaman oleh pihak-pihak lain, paradigma pemahaman Islam sebagai agama kasih-sayang ini seperti tenggelam di bawah hiruk pikuk peperangan dan kekerasan yang seolah terjadi di mana-mana di dunia Islam. Yang lebih parah, kesemuanya ni ditempatkan di bawah tajuk "jihad", yang dipahami sebagai perang sabil - betapa pun kekeliruan pemahaman terhadap gagasan jihad ini sudah sedapat mungkin dicoba diluruskan. Akibatnya, bukan saja citra islam menjadi rusak, didalam kalangan Islam sendiri muncul kelompok-kelompok yang memiliki aspirasi pemaksaan pendapat dan kehendak, tak jarang dengan menghalalkan kekerasan. Belakangan ini, gejala seperti ini terasa makin mengkhawatirkan sehubugan dengan adanya kecenderungan mengatnya kelompok-kelompok yang melintasi batas-batas negara-bangsa. Jika dibiarkan, gejala ini akan dapat menjadi ancaman yang serius bagi keutuhan dan kerukunan bangsa.

Kenyataannya, negeri kita tak bebas dari ancaman ini. Setiap pengamat yang teliti tak akan bisa gagal melihat bahwa gejala radikalisme yang berakal ekstrimisme, kebencian, dan aspirasi kekerasan sudah menampakkan tanda-tandanya di negeri kita. Maka, jika masyarakat tak mengambil inisiatif untuk segera diluruskan hal ini, dikhawatirkan negeri kita pun tak akan dapat membebaskan diri dari gejala konflik dan kekerasan sektarian atau keagamaan yang sekarang telah merundung berbagai negeri lain dan terbukti menyengsarakan rakyatnya. 

Sebagai salah satu bentuk upaya masyarakat itu, maka didirikanlah sebuah organisasi yang disebut sebagai Gerakan Islam Cinta (GIC). Sengaja dipergunakan kata Gerakan untuk menegaskan niat bahwa, betapapun akan menjadikan cinta sebagai basis setiap kegiatannya, organisasi ini akan bersikap aktif dalam melancarkan upaya-upaya, baik dalam mewujudkan pergeseran paradigma dalam memahami dan menghayati Islam, maupun dalam mengambil langkah-langkah mewujudkan cinta-kasih dalam kehidupan kemasyarakatan, khususnya di negeri kita.

Dengan adanya pemahan islam yang disampaikan oleh GIC, penulis berharap kedepannya masyarakat dunia lebih memahami kesejatian dari ajaran agama islam. Selain itu, penulis juga berharap agar semua elemen muslim bertindak radikal seperti yang muncul dipermukaan seperti ini. Dan yang lebih utama adalah dengan pemahaman tentang islam secara benar akan membawa perdamaian abadi dan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya.

 

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com