Judul
Buku : Pulang
Penulis : Leila S. Chudori
Tahun : 2012
Tebal : 460 Halaman
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
ISSBN : 978-979-01-0515-8
Penulis : Leila S. Chudori
Tahun : 2012
Tebal : 460 Halaman
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
ISSBN : 978-979-01-0515-8
Bagai seekor burung camar
yang terbang tanpa ingin hinggap. Begitulah Vivienne menggambarkan sosok Dimas
Suryo, suaminya yang seorang petualang. Kalimat metafora dari Vivienne memang
ada benarnya jika melihat tingkah polah Dimas. Sang flaneur (pengelana) ini terpesona oleh banyak hal, mengelana ke
berbagai macam pemikiran tanpa punya keyakinan yang tetap. Ia hanya yakin pada
dirinya sendiri, bahwa keinginanannya hanya terus menerus berlayar.
Pada akhirnya, Dimas
menyadari bahwa petualangan tanpa tujuan akhir pada masa lalu tidaklah bagus
bagi kehidupannya di kemudian hari. Penyesalannya akan ketidak beraniannya
dalam ‘memilih’ inipun ia utarakan kepada putrinya, Lintang Utara. Sebagaimana pesan
Dimas kepada Lintang di bab epilog, “Kau tak boleh menyeret-nyeret nasib dan
perasaan orang hingga hati orang itu tercecer kemana-mana. Kau harus berani memilih
dengan segala resikonya.”
Pesan itu ia tujukan kepada
Lintang agar putrinya menentukan sebuah pilihan. Tentunya juga harus berani
memikul segala resiko dari pilihannya tersebut. Ia harus menjatuhkan pilihan
kepada Narayana atau Alam. Lintang diharapkan menentukan pilihan sebagai bentuk
dari keberaniannya dalam menjalani kehidupan. Karena bagi Dimas, orang yang
memilih merupakan sosok pemberani. Ia tak menginginkan putrinya menjadi manusia
yang tak bisa memilih seperti dirinya. Hingga akibatnya nasib yang memilihnya.
Bukan ia yang menentukan nasib. Dan ia tak menghendaki anaknya di posisi yang
sama seperti dirinya.
Erickson (1989) menjelaskan,
Identitas diri sebagai pengalaman subjektif akan kesamaan serta kesinambungan
batiniahnya sendiri dalam ruang dan waktu. Dalam novel Pulang, Lintang dan Dimas
merupakan tokoh sentral yang sedang melakukan pencarian identitas. Proses
pencarian identitas membawanya menuju ke belahan bumi yang asing baginya. Pada
akhirnya, semua perjalanan itulah yang menjadi identitas mereka. Menjadi
flaneur, seorang pengelana.
Pulang menjadi tujuan bagi
seorang pengelana. Dalam novel ini kita mendapatkan dua jenis ‘gerak kembali’,
persis sebagaimana yang dikatakan Ernst Bloch dalam The Principle of Hope
mengenai dua jenis ‘pulang’. Pulang yang pertama adalah pulang sbaga ‘a return’
dan pulang yang kedua adalah pulang sebagai ‘an exodus’.
Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Robertus Robet, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta dalam testimoni
novel Pulang. Kebebasan ada bukan pada a
return yang tujuan-tujuannya telah jelas dan tertentu, melainkan pada
sebuah an exodus. Kebebasan ada di
dalam an exodus persis karena dalam exodus seluruh gambaran mengenai masa
depan itu hanya samar, belum jelas dan konkret akan tetapi dituju, diarungi
dengan penuh kenekadan dan keberanian.
Pulang yang dikehendaki oleh
Dimas pada akhirnya adalah ‘a return’. Untuk itu, pada akhirnya ia
mendapatkannya dengan mendarat di Karet. Namun pulang dalam Lintang adalah ‘an
exodus’ sebuah petualangan atas tanah yang sama sekali belum ia mengerti.
Pulang yang tujuan-tujuan akhirnya hanya bisa ia temukan stelah ia berada di
‘sana’ dan bukan ketika ia berada di ‘Paris’.
Pulang
membawa
kita pada ‘gempa politik’ yang mengguncang sisi kemanusiaan pada masa silam.
Isu komunisme pada masa itu meninggalkan berbagai persoalan menyangkut
kemanusiaan. Berbagai macam pembantaian, penganiayaan, pemenjaraan tanpa
pengadilan banyak terjadi di bumi pertiwi ini. Selain itu, gerakan bersih diri
dan bersih lingkungan juga berdampak pada diskriminasi sosial hingga puluhan
tahun setelah tragedi berdarah tahun 65.
Menarik sekali, meski fiktif
namun tulisan ini mampu menutupi ke-fiktif-annya. Kisah potongan sejarah bangsa
ini digambarkan oleh Leila S. Chudori. Karyanya sedikt banyak memberikan
gambaran seperti apa chaos tanah air
pada saat itu. Selain itu, Pulang
mampu mengekploitasi latar tempat dengan maksimal sehingga pembaca dapat
mengimajinasikan dengan baik. Seperti pendeskripsian latar di bawah patung
Victor Hugo, Universitas Sorbonne, toko shakespeare & co serta Sungai Seine
memudahkan pembaca untuk menggambarkan kisah
Pulang.
0 komentar:
Posting Komentar