![]() |
Lambang Perlawanan |
“Orang Kiri adalah mereka jang menghendaki
perobahan kekuasaan kapitalis, imperialis jang ada sekarang. Kehendak untuk
menjebarkan keadilan sosial adalah kiri. Ia tidak perlu Komunis. Orang kiri
bahkan dapat bertjektjok dengan orang Komunis. Kiriphobi, penjakit takut akan
tjita-tjita kiri, adalah penjakit jang kutentang habis-habisan seperti
Islamophobi. Nasionalisme tanpa keadilan sosial mendjadi nihilisme.” – Soekarno
Seringkali kita mempersepsikan orang kiri sebagai
suatu hal yang negatif. Bahkan disamakan dengan kaum komunis. Padahal,
sesungguhnya kaum kiri justru lebih dekat dengan aliran sosialis. Pada masa
revolusi perancis, istilah kiri dipergunakan dalam perpolitikan untuk
pengaturan kedudukan legislatif mereka. Pada masa itu, kaum kiri merupakan
symbol perlawanan bagi kaum kanan (borjuis). Kaum kiri selalu meneriakkan
hak-hak masyarakat miskin yang senantiasa dihisap tenaganya oleh kaum borjuis.
Hal inilah yang mendorong kaum kiri untuk bertindak anarki hingga larirlah
kediktatoran Bonaparte.
Namun, artikel ini tidak akan membahas mengenai
revolusi perancis, melainkan pergerakan kiri mahasiswa. Pergerakan kiri
mahasiswa yang dimaksud adalah gerakan dalam meneriakkan hak-hak rakyat kecil.
Mahasiswa pada masa ini telah kehilangan idealismenya. Mari kita ingat pada
masa orde baru. Sempat ada manifesto Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Pembentukan PRD dilatarbelakangi oleh kondisi sosial politik kampus yang
dikekang dengan diterapkannya normalisasi kehidupan kampus dan Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (NKK dan BKK) pada tahun 1978 dan 1979. Pada saat itu, secara
tidak langsung mahasiswa dibungkam. Keterlibatan mahasiswa dengan politik
dibatasi oleh pemerintah di masa itu. Pada kenyataannya, mahasiswa tidak
bungkam. Hal tersebut justru menjadikan mahasiswa menjadi lebih kritis dan
radikal. Mahasiswa semakin berani untuk menghancurkan rezim yang keras
tersebut. Pada akhirnya, mahasiswa berhasil menggulingkan rezim tersebut.
Melihat dunia kampus sekarang, banyak mahasiswa
yang mulai apatis terhadap pemerintahan di negeri ini. Mahasiswa lebih fokus
pada nilai akademik dibandingkan dengan mencaritahu sistem pemerintahan. Mereka
lebih tergiur dengan nilai tinggi dibandingkan dengan hak-hak yang sedikit demi
sedikit dihisap oleh kaum atas. Apalagi, dengan adanya wacana kuliah 5 tahun
yang secara tidak langsung mahasiswa dibungkam dengan sangat halusnya. Hal
tersebut membuat mahasiswa harus mengetatkan ikat pinggangnya yang akhirnya
berfikir dua kali untuk mengikuti hal-hal diluar akademiknya. Hal ini yang
menjadikan lunturnya idealisme mahasiswa tentang peran penting mereka untuk
menilai pemerintahan.
Pada masa ini, mahasiswa semakin berani dan
semakin kritis untuk mengkritisi pemerintahan dan meneriakkan aspirasi
masyarakat. Seperti halnya aksi pada tanggal 20-21 Mei yang dibuat oleh
mahasiswa seluruh indonesia. Aksi tersebut mengkritisi kinerja Presiden
Republik Indonesia saat ini. Namun, sangat disayangkan ketika aksi tersebut
justru berujung dengan audiensi dan makan-makan layaknya sebuah silahturahim
keluarga. Keoposisian dan radikalisme mahasiswa mulai luntur seperti layaknya
anak kecil yang diberikan permen. Aksi pada tanggal 20 – 21 Mei tersebut
merupakan bukti nyata lunturnya idealism mahasiswa. Kita harus kembali melihat
pentingnya pergerakan mahasiswa di negara ini. Mahasiswa itu hebat, penggerak
suara dan mempunyai daya juang yang tinggi. Namun, saat ini mahasiswa hanyalah
menjadi kuli ilmu dan generasi manut. Percuma mengenyam pendidikan
tinggi bila akhirnya hanya menjadi “kerbau yang dicucuk hidungnya”.
Sumber: lpmmotivasi.com
0 komentar:
Posting Komentar