Yusuf pernah menyihir
wanita-wanita Mesir. Sihirnya tanpa perlu jompa-jampi
semar mesem atau kinjen emas. Cukup
bermodalkan wajah. Yusuf dalam khazanah Islam diakui sebagai lelaki paling
rupawan. Ketampanan wajah Yusuf tiada yang mampu menandingi dan tiada yang menyangkalnya.
Wajah rupawan yang ia memiliki mampu meluluhkan hati wanita pada zamannya tanpa
terkecuali. Alkisah, saat itu ada reriungan wanita-wanita semacam arisan ibu-ibu
di rumah yang ia tinggali. Mereka bersendau gurau, menggosip sambil menikmati
buah apel. Ditengah asyiknya berbincang dan menikmati apel, syahdan, Yusuf
berjalan melewati wanita-wanita itu. Mereka terkesima, terpana, tertambat
hatinya ke arah Yusuf. Karena khusyuknya menikmati wajah Yusuf, wanita-wanita
itu tiada menyadari jika jari-jarinya teriris pisau.
Ketampanan wajah Yusuf juga
pernah membutakan ibu angkatnya, Zulaicha. Ia khilaf terhadap Yusuf. Dikala
sang suami melakukan perjalanan ke luar kota, ia berada di dalam rumah rumah
hanya bersama Yusuf. Saat ditinggal suami, mungkin ia merasa kesepian. Karena
kesepian, ia mendatangi kamar Yusuf dan memintanya untuk mencumbunya. Edaaan
tenan. Gara-gara wajah tampan anak angkatnya, Zulaicha lupa daratan.
Kisah Yusuf menjadi contoh betapa
magisnya wajah dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Hal ini disebabkan karena
wajah adalah bidang pertama yang dilihat oleh manusia ketika melihat orang
lain. Dan wajah juga menjadi identitas manusia. Wajah Yusuf memanglah tampan. Banyak
orang mengamininyanya. Namun, perwajahan di hatinya juga tidak kalah tampan dengan wajah
yang menyelimuti tengkoraknya. Ia adalah sosok yang saleh kepada Tuhan pencipta
semesta dan arif dalam memimpin umatnya. Demikianlah Yusuf muda.
Perwajahan mahasiwa saat orba
juga tak kalah bersinar dibanding Yusuf. Mahasiswa kala itu memiliki jiwa
revolusioner dan empati yang tinggi kepada lingkungan masyarakat. Meski keadaan
yang tidak mendukung, aktivitas kemahasiswaan dibawah intaian intelijen dan
pembungkaman berekspresi. Mereka tetap memiliki semangat yang menyala-nyala
untuk menciptakan tatanan masyarakat yang berkeadilan dan berkesejahteraan.
Sumarno, Ketua Dewan Mahasiswa
IKIP Yogyakarta 1978 turut terlibat mencipta wajah mahasiswa jadi bersinar. Atas
nama perjuangan, masuk keluar penjara menjadi rutinitas aktivis kala itu. “Gara-gara
merencanakan melakukan aksi menolak kenaikan harga BBM, saya dipenjaran 6
bulan,” cerita Sumarno kepada mahasiswa ilmu politik di kelas gerakan masa, Selasa
(04/10/2016).
Sumarno menceritakan kronologi
penangkapannya. Hal itu terjadi setelah pimpinan aktivis mahasiswa melakukan
pertemuan di ITB. Saat itu, mahasiswa melakukan diskusi terkait rencana
kenaikan harga BBM. Mahasiswa yang berdiskusi menghasilkan buku putih “Buruh di
Bawah Sepatu Lars ABRI”. Dan merencanakan mendorong buruh agar melakukan demo.
Setelah pertemuan usai, satu persatu mahasiswa yang terlibat dalam pertemuan
diambil ABRI untuk dipenjarakan.
Bukan hanya itu, ia juga sempat
menjadi Pemred terbitan semacam koran kampus di IKIP Yogyakarta. Saat itu, ia
menulis headline “Orde Lama, Orde
Baru Sama Saja”. Tulisan tersebut dicetak sebanyak 10.000 eksemplar sebanyak
jumlah mahasiswa IKIP Yogyakarta. Setelah dicetak, surat kabar tersebut
ditangkap oleh ABRI dan dibakar.
“Pokoknya, Jenderal Sudomo itu
lebih galak daripada srigala,” tuturnya mengisahkan galaknya sudomo, Komandan
Pangkopkamtib kala itu.
Perwajahan mahasiswa zaman orba
digambarkan dengan pergerakan mahasiswa bersifat revolusioner. Berbagai aksi
kegiatan dilakukan agar masyarakat saat itu menjadi lebih sejahtera dan
berkeadilan. Tantangan berupa ancaman pemenjaraan, atau penculikan yang
dilakukan oleh rezim kala itu tidak menyurutkan perjaunagn mahasiswa. Empati
sosial ditopang semangat yang menyala-nyala meneguhkan mereka untuk hadir di
jalan perjuanagn.
Dalam kajian mata kuliah gerakan
masa, gerakan mahasiswa kala itu sudah termasuk dalam New Social Movement. Gerakan sosial baru semacam ini memiliki tiga
ciri. Pertama, pengorganisasian yang rapi. Dalam gerakan ini ditentukan siapa
ketuanya. Terdapat mobilisasi massa yang terstruktur serta ada pembagian tugas
dan rencana yang sistematis.
Kedua, Deliberasi. Setiap
individu yang terlibat dalam suatu aksi memiliki pertimbangan kenapa ia turut
dalam aksi. Kala itu, mahasiswa yang tergabung dalam aksi melawan orba memiliki
pertimbangan untuk menolak rezim yang tidak konsisten dan konsekwen dalam
menjalankan Pancasila serta UUD 1945. Ketiga, Inheren. Daya tahan dalam New Social Movement lebih kuat daripada Social Behavioral yang menggunakan cara
klasik. Keberadaan pengorganisasian yang baik serta memiliki pertimbangan dan
garis perjuangan yang jelas menyebabkan anggota New Social Movement menjadi memiliki daya tahan lebih kuat dalam
mempertahankan perjuangannya.
Selamat mengukir wajah!
0 komentar:
Posting Komentar