Blogger templates

Kamis, 06 Oktober 2016

Perwajahan


Yusuf pernah menyihir wanita-wanita Mesir. Sihirnya tanpa perlu jompa-jampi semar mesem atau kinjen emas. Cukup bermodalkan wajah. Yusuf dalam khazanah Islam diakui sebagai lelaki paling rupawan. Ketampanan wajah Yusuf tiada yang mampu menandingi dan tiada yang menyangkalnya. Wajah rupawan yang ia memiliki mampu meluluhkan hati wanita pada zamannya tanpa terkecuali. Alkisah, saat itu ada reriungan wanita-wanita semacam arisan ibu-ibu di rumah yang ia tinggali. Mereka bersendau gurau, menggosip sambil menikmati buah apel. Ditengah asyiknya berbincang dan menikmati apel, syahdan, Yusuf berjalan melewati wanita-wanita itu. Mereka terkesima, terpana, tertambat hatinya ke arah Yusuf. Karena khusyuknya menikmati wajah Yusuf, wanita-wanita itu tiada menyadari jika jari-jarinya teriris pisau. 

Ketampanan wajah Yusuf juga pernah membutakan ibu angkatnya, Zulaicha. Ia khilaf terhadap Yusuf. Dikala sang suami melakukan perjalanan ke luar kota, ia berada di dalam rumah rumah hanya bersama Yusuf. Saat ditinggal suami, mungkin ia merasa kesepian. Karena kesepian, ia mendatangi kamar Yusuf dan memintanya untuk mencumbunya. Edaaan tenan. Gara-gara wajah tampan anak angkatnya, Zulaicha lupa daratan. 

Kisah Yusuf menjadi contoh betapa magisnya wajah dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Hal ini disebabkan karena wajah adalah bidang pertama yang dilihat oleh manusia ketika melihat orang lain. Dan wajah juga menjadi identitas manusia. Wajah Yusuf memanglah tampan. Banyak orang mengamininyanya. Namun, perwajahan  di hatinya juga tidak kalah tampan dengan wajah yang menyelimuti tengkoraknya. Ia adalah sosok yang saleh kepada Tuhan pencipta semesta dan arif dalam memimpin umatnya. Demikianlah Yusuf muda. 

Perwajahan mahasiwa saat orba juga tak kalah bersinar dibanding Yusuf. Mahasiswa kala itu memiliki jiwa revolusioner dan empati yang tinggi kepada lingkungan masyarakat. Meski keadaan yang tidak mendukung, aktivitas kemahasiswaan dibawah intaian intelijen dan pembungkaman berekspresi. Mereka tetap memiliki semangat yang menyala-nyala untuk menciptakan tatanan masyarakat yang berkeadilan dan berkesejahteraan. 

Sumarno, Ketua Dewan Mahasiswa IKIP Yogyakarta 1978 turut terlibat mencipta wajah mahasiswa jadi bersinar. Atas nama perjuangan, masuk keluar penjara menjadi rutinitas aktivis kala itu. “Gara-gara merencanakan melakukan aksi menolak kenaikan harga BBM, saya dipenjaran 6 bulan,” cerita Sumarno kepada mahasiswa ilmu politik di kelas gerakan masa, Selasa (04/10/2016).

Sumarno menceritakan kronologi penangkapannya. Hal itu terjadi setelah pimpinan aktivis mahasiswa melakukan pertemuan di ITB. Saat itu, mahasiswa melakukan diskusi terkait rencana kenaikan harga BBM. Mahasiswa yang berdiskusi menghasilkan buku putih “Buruh di Bawah Sepatu Lars ABRI”. Dan merencanakan mendorong buruh agar melakukan demo. Setelah pertemuan usai, satu persatu mahasiswa yang terlibat dalam pertemuan diambil ABRI untuk dipenjarakan. 

Bukan hanya itu, ia juga sempat menjadi Pemred terbitan semacam koran kampus di IKIP Yogyakarta. Saat itu, ia menulis headline “Orde Lama, Orde Baru Sama Saja”. Tulisan tersebut dicetak sebanyak 10.000 eksemplar sebanyak jumlah mahasiswa IKIP Yogyakarta. Setelah dicetak, surat kabar tersebut ditangkap oleh ABRI dan dibakar.

“Pokoknya, Jenderal Sudomo itu lebih galak daripada srigala,” tuturnya mengisahkan galaknya sudomo, Komandan Pangkopkamtib kala itu.

Perwajahan mahasiswa zaman orba digambarkan dengan pergerakan mahasiswa bersifat revolusioner. Berbagai aksi kegiatan dilakukan agar masyarakat saat itu menjadi lebih sejahtera dan berkeadilan. Tantangan berupa ancaman pemenjaraan, atau penculikan yang dilakukan oleh rezim kala itu tidak menyurutkan perjaunagn mahasiswa. Empati sosial ditopang semangat yang menyala-nyala meneguhkan mereka untuk hadir di jalan perjuanagn.    

Dalam kajian mata kuliah gerakan masa, gerakan mahasiswa kala itu sudah termasuk dalam New Social Movement. Gerakan sosial baru semacam ini memiliki tiga ciri. Pertama, pengorganisasian yang rapi. Dalam gerakan ini ditentukan siapa ketuanya. Terdapat mobilisasi massa yang terstruktur serta ada pembagian tugas dan rencana yang sistematis. 

Kedua, Deliberasi. Setiap individu yang terlibat dalam suatu aksi memiliki pertimbangan kenapa ia turut dalam aksi. Kala itu, mahasiswa yang tergabung dalam aksi melawan orba memiliki pertimbangan untuk menolak rezim yang tidak konsisten dan konsekwen dalam menjalankan Pancasila serta UUD 1945. Ketiga, Inheren. Daya tahan dalam New Social Movement lebih kuat daripada Social Behavioral yang menggunakan cara klasik. Keberadaan pengorganisasian yang baik serta memiliki pertimbangan dan garis perjuangan yang jelas menyebabkan anggota New Social Movement menjadi memiliki daya tahan lebih kuat dalam mempertahankan perjuangannya.  
Selamat mengukir wajah!


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com