Suasana "Ngopi Bareng Kamu" |
Isu pendidikan
merupakan persoalan bagi semua kalangan. Apalagi mahasiswa, harusnya lebih
memiliki fokus terhadap persoalan tersebut. Penulis mengatakan mahasiswa
harusnya memiliki fokus terhadap isu pendidikan karena penulis masih
beranggapan bahwa mahasiswa adalah agent
of change. Mahasiswa merupakan kelompok menengah yang memiliki posisi tawar
tinggi dibanding kelompok lainnya. Jika dirasa mahasiswa sudah kehilangan
marwah agent of change, bolehlah
mahasiswa apatis terhadap isu pendidikan. Dan ingat, jangan sekali-kali
mengatakan sebagai agent of change
jika tidak peduli dengan isu vital pendidikan. Pendidikan harus diperhatikan
terus karena pendidikan sebagai langkah untuk mewujudkan cita-cita negara (Mahasiswa,
Coba cek pembukaan UUD 1945). Penulis berkeyakinan, tanpa pendidikan cita-cita
negara hanya sebatas omong kosong.
Kemarin, Jumat malam
(01/04) penulis berkesempatan bergabung dalam diskusi yang bertajuk” Ngopi
Bareng Kamu (Ngobrol Pintar Bareng Kawula Muda)”. Ngopi Bareng Kamu merupakan
wadah diskusi yang dibentuk oleh komunitas Indonesia Youth Political Institute
(IYPI). Perlu diketahui bahwasannya komunitas ini bergerak di bidang politik
dan kepemudaan. Diskusi diadakan di Cafe Dje Gank lt 2 tersebut menghadirkan
Akhmad Fauzi (Presma Unnes), BEM KM Undip, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Undip, Kammi Undip, Gerakan Mahasiswa Pembebasan, BEM FH Undip, BEM Fisip
undip, dan peserta umum lainnya.
Selanjutnya, diskusi
malam itu mengangkat tema “Komersialisasi Pendidikan”. Tema ini merupakan
kristalisasi dari kebijakan politik terhadap dunia pendidikan. Penulis menulis
tentang diskusi kali ini sebenarnya hendak mengatakan bahwa ada yang tidak beres
dengan kebijakan tersebut. Bagaimana tidak, pendidikan yang merupakan hak dasar
bagi manusia malah dikomersialisasikan menghitung untung rugi layaknya
korporasi yang bertujuan meraup keuntungan sebesar-besarnya dari kegiatannya.
Kawan, ingaaat ! Pendidikan
merupakan hal penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan adalah hal
yang mutlak, apabila pendidikan di Indonesia bagus akan menghasilkan generasi
yang bagus pula. Dan ingat pula, seharusnya pendidikan bisa diakses oleh semua
kalangan. Bahkan kalangan kaum papa berhak untuk hal yang satu ini, pendidikan.
Namun, kenyataannya biaya pendidikan semakin mahal. Lantas, jika mahal siapa
yang bisa mengakses? Hanya kalangan tertentu saja kan. Kejadian semacam ini
menyalahi kodrat dan cita-cita negara. Apalagi dengan adanya PTN-BH, yang akan
berdampak pada kenaikan UKT dan memotong akses pendidikan bagi kaum papa (Mahasiswa Undip: PTN-BH menjadikan UKT naik). Jika lembaga pendidika NEGERI
saja mahal apalagi yang swasta. Seakan-akan negara lari dari tanggung jawabnya
untuk mencerdaskan kehiupan rakyatnya. Negara, berikan akses pendidikan bagi
semua kalangan, agar semua rakyat Indonesia berlomba-lomba dalam memperbaiki
bangsa dan negara.
Dalam diskusi tersebut,
ada beragam pandangan mengenai komersialisasi pendidikan itu sendiri. Presma
Unees beropini bahwa seharusnya pendidikan ini untuk semangat keadilan sosial.
Namun, pendidikan sekarang seperti dunia bisnis yang hitung-hitungan untung
rugi Pandangan dari kawan Gerakan Mahasiswa Pembebasan mengatakan sistem
pendidikan yang diterapkan di indonesia merupakan sistem kapitalisme dimana
sektor pendidikan hanya mencetak penjual ijazah bukan pencetak manusia unggul
buat masa depan. Sedangkan kawan dari Kammi mengatakan komersialisasi pendidikan merupakan dampak
dari globalisasi, peran pemerintah kurang dalam menyelesaikan komersialisasi
pendidikan, pemerintah hanya pembuat regulator dan hanya mementingkan pemilik
modal. Dan pada akhirnya mereka menetang adanya komersialisasi pendidikan.
Kesimpulan diskusi yang
dibacakan oleh notulensi adalah komersialisasi pendidikan menjadikan biaya
pendidikan semakin mahal, adanya diskrimasi dalam mengakses pendidikan, dan
pemerintah mengurangi beban tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Pada akhirnya, hanya
ada satu kata jika kita melihat ketidakadilan di negara yang kita cintai. L A W
A N ! Melawan dengan apa? (Kalian mahasiswa, tentunya dapat berfikir untuk
rakyat. Ingat, kalian adalah agent of change. Hehehehehe)
0 komentar:
Posting Komentar