Tidak sedikit orang yang
terkejut jika membaca judul buku [Ahok]
Sang Pemimpin ‘Bajingan’. Termasuk saya. Keterkejutan dikarenakan adanya
kata ‘Bajingan’ yang tertera pada judulnya. Sekilas membaca judul buku ini,
saya berfikir apa yang sebenarnya difikirkan oleh penulis. Beraninya dia
membuat judul yang kontroversial. Saya juga sempat berfikir bahwa judul ini
adalah membunuh karakter seseorang di muka umum. Bisa dituntut hukum, dengan tuntutan
pencemaran nama baik tentunya. Walaupun kita tahu bahwa Ahok adalah tipe orang
yang sering mengatakan ‘Bajingan’. Apakah karena gaya bicara Ahok yang ‘Bajingan’
menyebabkan penulis membuat judul demikian?. Ya, begitulah sedikit banyak yang
kata yang bertebaran di benak fikiran saya tatkala membaca judulnya saja.
Ternyata, Maksimus Ramses
Lalongkoe dan Syaefurrahman Al-Banhary selaku penulis buku tersebut memiliki
alasan tersendiri dalam menuliskan judul tersebut. Tentunya berbeda dengan apa
yang saya pikirkan di atas. Maksimus mengatakan, kata ‘Bajingan’ di buku
tersebut melambangkan Ahok yang dinilai adalah sosok pemimpin yang mampu
mengatasi para penjahat kerah putih yang dinilai tidak mampu dijinakkan oleh
pemimpin lainnya. Ide kata ‘Bajingan’ dikatakan Ramses muncul pada tanggal 24 Oktober
2015 pukul 1.00 wib pagi. Kata itu dipilih karena Indonesia menurutnya
membutuhkan pemimpin yg tegas dan berani seperti Ahok.
Buku tersebut diluncurkan
pada Sabtu, 14 Mei 2016 di Gedung Joeang,
Jl Menteng Raya - Jakarta Pusat. Dalam
buku ini, kedua penulis berusaha menjelaskan kepada publik betap ‘Bajingan’
seorang Basuki Tjahaja ‘Ahok’ Purnama. Penulis memandang Ahok sebagai pemimpin
yang memiliki keberanian melawan arus. Menghantam korupsi dan menjelaskan akan
gaya kepemimpinan Ahok yang berani serta tegas.
Marketing
Politik
Pilkada DKI Jakarta akan
berlangsung pada tahun 2017 mendatang. Namun, pada bulan Mei 2016 ini media sudah
gegap gempita pemberitaan terkait pilkada DKI. Dari pemberitaan berbagai media,
pengusaha Sandiaga Uno siap bertarung untuk melawan Ahok pada 2017. Ada pula
musisi kondang tanah air, Ahmad Dhani juga sesumbar siap bertarung melawan Ahok
untuk memperebutkan kursi DKI 1.
Gegap gempita pemberitaan
terkait DKI 1 tidak lain disebabkan karena Jakarta merupakan Ibukota Indonesia.
Tentunya, kota ini menjadi pusat perhatian
bagi warga Indonesia. Selain itu, ada anggapan pula bahwa untuk menjadi
Presiden Indonesia harus melewati DKI 1 terlebih dahulu. Layaknya kemenangan
Jokowi pada Pilpres 2014 silam. DKI Jakarta merupakan kota yang memiliki multi
problem. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh kota ini. Mulai dari kemacetan,
banjir, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Jadi, DKI dapat dilihat
sebagai ujian awal untuk menjadi RI 1 yang memiliki teritorial lebih luas
dengan permasalahan yang tak kalah luas pula. Kesuksesan memimpin Jakarta dapat
mendulang jumlah suara yang signifikan bila maju sebagai RI 1. Begitu anggapan-anggapan
terkait peta perpolitikannya.
Dalam dunia politik ada yang
namanya marketing politik. Menurut Firmanzah (2008), marketing politik
diaplikasikan dalam seluruh proses, tidak hanya terbatas pada kampanye politik,
namun juga mencakup bagaimana memformulasikan produk politik melaui pembangunan
simbol, image, platform, dan program yang dtawarkan.
Dengan diluncurkannya buku [Ahok] Sang Pemimpin ‘Bajingan’ dapat
dilihat sebagai upaya marketing politik. Hal ini dapat dikaji dari konten yang
terdapat di dalam buku tersebut. Konten di dalamnya sangat apresiatif terhadap
kepemimpinan Ahok selama ini. Karakter Ahok sebagai sosok pemimpin penentang
arus dan getol melawan upaya korupsi yang terjadi di Jakarta diulas dalam buku
ini. Besar kemungkinan pembaca buku ini akan apresiatif terhadap Ahok, karena
buku ini menggambarkan Ahok dan ‘Kepahlawanannya’ bagai Spiderman yang
menangkapi penjahat. Peluncuran buku ini sebagai upaya untuk menaikkan
elektabiltas Ahok untuk DKI 1. Upaya ini sangat diperlukan apalagi di tengah
terpaan berbagai persoalan yang sedang dihadapi Ahok.
0 komentar:
Posting Komentar